Hadapi 2021, Ini 6 Jurus Bank QNB Indonesia (BKSW)

Bisnis.com,28 Mar 2021, 10:38 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
Bank QNB Indonesia/qnb.co,id

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW) memiliki sejumlah inisiatif dalam menjalankan bisnis pada tahun kerbau logam 2021.

Inisiatif tersebut tercantum dalam materi public expose yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Sabtu (27/3/2021). Pada 2021, BKSW memiliki enam inisiatif.

Pertama, mendorong wholesale banking dengan fokus pada kredit berkualitas dan segmen nasabah pilihan. Kedua, memperbaiki cost income ratio (CIR) dengan optimalisasi biaya jaringan dan distribusi, serta efisiensi dan efektivitas biaya.

Ketiga, yaitu menjalankan inisiatif utama IT melalui migrasi pada sistem kartu kredit yang lebih superior dan sistem treasury yang baru. Keempat, perseroan fokus digital melalui kemitraan untuk produk baru pinjaman digital dan berinvestasi pada fitur baru dalam mobile banking.

Kelima, mengembangan preposisi ritel dengan membentuk kembali segmen ritel pada tahun ini melalui fitur baru pada mobile dan internet banking features serta membentuk kemitraan baru.

Keenam, yaitu meningkatkan kapabilitas manajemen risiko dengan meningkatkan standar keamanan IT dan otomatisasi pengawasan risiko.

Sementara itu, pada tahun lalu kinerja Bank QNB Indonesia tak luput dari dampak pandemi virus corona. Per Desember 2020 perseroan mengalami kerugian setelah pajak senilai Rp422,17 miliar. Sementara, pada akhir 2019 BKSW membukukan laba senilai Rp5,3 miliar.

"Sebagian besar [rugi] didorong provisi tinggi dan kompensasi dari recovery kredit dan penurunan biaya," demikian penjelasan perseroan kepada BEI yang dikutip Bisnis pada Minggu (28/3/2021).

Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 meningkatkan potensi kredit bermasalah dan berkualitas rendah. Oleh karena itu, Bank QNB Indonesia pun menyediakan cadangan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang lebih besar.

Per Desember 2020 rasio kecukupan pencadangan tercatat sebesar 118,24 persen dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) net sebesar 1,21 persen.

Dari sisi aset, BKSW juga mencatatkan penurunan sebesar 20,52 persen year on year (yoy) dari Rp23,02 triliun menjadi Rp18,3 triliun. Penyusutan ini didorong oleh hasil penjualan kredit dan situasi pasar yang menahan laju penyaluran kredit.

Pertumbuhan penyaluran kredit BKSW pun menurun 18,80 persen dari Rp13,88 triliun menjadi Rp11,27 triliun secara tahunan. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga tak luput dari koreksi yang sebesar 24,79 persen dari Rp15,91 triliun menjadi Rp11,96 triliun yoy.

Sementara itu, dari sisi rasio keuangan terlihat ada kenaikan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) dari 21,08 persen menjadi 24,53 persen.

"Kenaikan ini disebabkan penambahan modal dan penurunan kredit dari penjualan kredit bermasalah dan berkualitas rendah," jelas perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini