Emiten Kertas dan Tisu Suparma (SPMA) Catat Pertumbuhan Laba 24 Persen

Bisnis.com,29 Mar 2021, 17:27 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
Direktur PT Suparma Tbk. Hendro Luhur (dari kanan) berbincang dengan Direktur Edward Sopanan, Corporate Secretary Buyung Octaviano, dan Komisaris Subiantara, menjelang paparan publik perseroan, di Surabaya, Kamis (15/11/2018)./JIBI-Wahyu Darmawan

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen kertas dan tisu PT Suparma Tbk. membukukan kenaikan laba hingga dobel digit pada 2020.

Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020 yang dipublikasikan di harian Bisnis Indonesia, Suparma mencatat lonjakan laba 24,06 persen menjadi Rp162,52 miliar pada akhir 2020.

Laba itu dikontribusikan oleh penurunan sejumlah beban. Paling besar terjadi penurunan beban pokok penjualan sebesar 17,79 persen secara tahunan menjadi Rp1,75 triliun.

Sementara itu, penjualan bersih emiten dengan kode saham SPMA ini tercatat Rp2,15 triliun atau turun 14,43 persen dari sebelumnya Rp2,51 triliun.

Perinciannya, penjualan domestik mengalami penurunan sebesar 16,51 persen menjadi Rp1,89 triliun sedangkan penjualan ekspor naik 4,47 persen menjadi Rp260,55 miliar.

Dari sisi aset, SPMA membukukan total aset senilai Rp2,31 triliun pada akhir 2020 atau. turun 2,36 persen dari 2019 senilai Rp2,37 triliun.

Namun, ekuitas perseroan naik 11,17 persen menjadi Rp1,53 triliun dan liabilitas dapat ditekan 21,11 persen menjadi Rp784,67 miliar.

Adapun, Suparma menargetkan penjualan pada 2021 bisa mencapai 2,6 triliun atau naik 20,93 persen dibanding tahun lalu.

Direktur Suparma Hendro Luhur mengatakan tahun ini penjualan kertas tisu diharapkan bisa semakin pulih sehingga perseroan pun menargetkan kinerja penjualan 2021 bisa mencapai Rp2,6 triliun.

“Tapi target tahun ini masih setara dengan kondisi 2019,” kata Hendro.

Dia menyebut kondisi pandemi cukup memukul industri tisu terutama dari permintaan sektor hotel, kafe dan restoran (horeka) yang sempat tiarap lantaran adanya pembatasan sosial berskala besar.

“Kondisi pandemi ini juga berdampak pada turunnya kapasitas produksi 2020 yang hanya mencapai 196.400 ton, sedangkan 2019 bisa mencapai 205.205 ton,” imbuh Hendro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini