IHSG Masih Melemah, 10 Indeks Sektoral Tertekan di Zona Merah

Bisnis.com,30 Mar 2021, 09:57 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) masih berada di zona merah pada Selasa (30/3/2021) setelah menutup perdagangan kemarin dengan pelemahan.

Pada sesi prapembukaan perdagangan Selasa (30/3/2021) indeks komposit membuka perdagangan ke zona merah dengan melemah 0,05 persen atau 3,09 poin ke level 6163,72. Dari 45 konstituen LQ45, sebanyak 17 saham menghijau, 18 saham ke zona merah, dan 10 saham tidak berubah harganya.

Pada pukul 09.52 WIB, IHSG melemah 0,89 persen ke level 6.111,74. Indeks sempat menyentuh zona hijau dengan posisi tertinggi di 6170,66. Sepanjang perdagangan IHSG bergerak dalam kisaran 6.106,70-6.170,67.

Sebanyak 129 saham berhasil menguat, 306 saham terkoreksi, dan 138 saham tidak bergerak daripada perdagangan sebelumnya.

Sebanyak 10 dari 11 indeks sektoral klasifikasi IDX-IC terpantau melemah, dipimpin sektor energi (IDXENERGY) yang terkoreksi 1,21 persen dan barang konsumer primer (IDXNONCYC) yang melemah 0,94 persen.

Penguatan IHSG dipimpin oleh saham MPOW yang naik 18,29 persen, SATU yang naik 11,67 persen, DEAL yang naik 8,18 persen, BVIC naik 6,88 persen dan DGIK yang naik 5,45 persen.

Sementara itu, jajaran top losers dipimpin oleh saham IKAN yang anjlok 6,8 persen, INPC turun 5,2 persen, OPMS turun 4,38 persen, BMRS yang turun 3,7 persen dan WSKT yang turun 3,17 persen.

Investor asing tercatat melakukan net sell pada awal perdagangan dengan sasaran aksi jual tertuju terhadap saham big caps, dipimpin oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan nilai Rp31 miliar, ASII dengan nilai Rp15,7 miliar, dan TLKM dengan nilai Rp10,2 miliar.

CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengungkapkan IHSG terlihat sedang berusaha keluar dari rentang konsolidasi wajarnya.

"Namun selama IHSG tidak dapat dipertahankan di atas resisten level terdekat maka peluang koreksi wajar masih terbuka lebar," paparnya kepada Bisnis, dikutip Selasa (30/3/2021).

Terlepas dari hal di atas, mengingat para investor asing masih mencatatkan capital inflow secara tahun berjalan atau year to date (ytd), William tetap optimis.

Menurutnya hal tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Sehingga jika terjadi koreksi wajar pada investor, maka bisa memanfaatkan momentum untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini