DPR Desak Pemerintah Buat Terobosan Perbaiki Ketimpangan Akibat Covid-19

Bisnis.com,04 Apr 2021, 19:55 WIB
Penulis: Jaffry Prabu Prakoso
Warga beraktivitas di permukiman semi permanen di Kampung Kerang Ijo, Muara Angke, Jakarta, Selasa (22/1/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Anis Byarwati mengatakan bahwa ada masalah ketimpangan yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2020, angka pengangguran sangat tinggi.

Tingginya angka pengangguran akibat pandemi di dominasi oleh masyarakat miskin yang jumlahnya 54 persen. Sedangkan masyarakat menengah 39 persen dan kaya 7 persen.

Data ini jelas menegaskan bahwa pengangguran di Indonesia separuhnya adalah masyarakat miskin. Hal ini menuntut program-program yang dicanangkan pemerintah seharusnya menyasar masyarakat miskin.

“Jadi kalau kita melihat paparan program-program yang dipaparkan tadi, yang ingin betul-betul ingin saya tekankan, semestinya program-program tersebut dapat memperbaiki angka ketimpangan,” katanya melalui keterangan pers, Minggu (4/4/2021).

Selain itu, Anis juga menyoroti penurunan pendapatan yang lebih banyak dirasakan oleh masyarakat kelas menengah dan masyarakat miskin.

Jika dikaitkan dengan bekerja di rumah atau work from home (WFH), sebagian besar dari mereka adalah pekerja berpendapatan tinggi yang jumlahnya 47 persen.

Sedangkan masyarakat miskin harus berjibaku dengan tingginya working hour atau mencari pekerjaan sampingan.

Itu sebabnya ketimpangan selalu linier dengan kerentanan menghadapi Covid-19. Semakin besar ketimpangan di suatu daerah, maka semakin rentan masyarakat di daerah tersebut terpapar Covid-19.

“Saya kembali mengingatkan agar program-program yang digulirkan pemerintah harus benar-benar menyasar masyarakat miskin yang paling terdampak dengan pandemi,” jelasnya.

Masih mengacu pada data Sakernas, pengguna dagang-el atau e-commerce di Indonesia adalah 63,39 persen merupakan masyarakat kaya, 34,62 persen masyarakat menengah, dan 18,92 persen penggunanya masyarakat miskin.

Anis tidak memungkiri bahwa teknologi e-commerce memang membantu pemulihan ekonomi. Akan tetapi, manfaat yang dirasakan masyarakat miskin sangat kecil dibandingkan dengan kalangan menengah dan atas.

Oleh karena itu, perlu ada terobosan baru untuk mengangkat masyarakat miskin yang paling terdampak dan harus berjibaku disaat orang-orang berada melakukan WFH.

“Pemerintah harus mencari terobosan dan memikirkan program apa yang bisa menyasar kelompok miskin agar bisa mengangkat kondisi ekonomi mereka dan benar-benar menjadi solusi untuk mereka,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini