Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. mengoptimalkan teknologi agar nasabah bisa sangat fleksibel dalam melakukan transaksi uang tunai.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengetahui Bank BCA sempat dipelesetkan sebagai Bank Capek Antri. Namun, kebiasaan itu berangsur menghilang seiring dengan strategi perseroan mengoptimalkan teknologi dalam layanan transaksi tunai.
BCA saat ini memiliki 1.339 kantor cabang termasuk kantor kas yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Di samping itu, ada 6.735 mesin automated teller machine (ATM) dan 9.766 mesin setor tarik atau CRM, sehingga totalnya lebih dari 16.500 mesin.
Tak hanya itu, BCA memiliki 1.973 mesin star teller dan 9.080 lokasi ritel yang bekerja sama dengan toko ritel seperti Indomart maupun Alfamart.
"Kami tersebar di mana-mana, tetapi di balik itu kami berterima kasih kepada Bank Indonesia yang sudah sangat membantu penyediaan uang tunai di tempat yang dibutuhkan," katanya.
Di samping itu, BCA juga bekerja sama dengan 10 Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah atau PJPUR yang membantu 89 titik yang menjadi kantong-kantong distribusi BCA.
Jahja mengatakan penyediaan ATM dan CRM menciptakan efisiensi luar biasa. Demikian pula, keberadaan mesin star teller yang dapat melayani dua nasabah sekaligus sangat meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam melayani nasabah.
"Jadi, kalau dulu BCA Bank Capek Antri saya tahu itu, sekarang lumayan lah sudah sedikit ringan antriannya karena adanya teknologi, uang digital, dan penyediaan ATM CRM di luar cabang sehingga nasabah sangat fleksibel bisa melakukan transaksi uang tunai," katanya dalam Talkshow Digitalisasi Pengelolaan Uang Rupiah.
Dari semua layanan yang dimiliki, BCA harus memonitor ketersediaan uang tunai untuk transaksi nasabah. Untuk itu, BCA memiliki satu center yang bertugas memonitor saldo ATM di seluruh Indonesia, di samping menerima laporan dari kantor cabang.
Dengan pengontrolan sistem terpadu, BCA mampu menjaga performa mesin setor tarik mencapai 99 persen. Adapun, kemungkinan 1 persen layanan ATM yang offline terjadi karena gangguan teknis dan lainnya.
Secara umum, sebut Jahja, penyediaan uang tunai di kantor cabang mencapai Rp8,5 triliun. Adapun, di mesin setor tarik mencapai Rp6,8 triliun dan di lokasi ritel mencapai Rp1,7 triliun.
"Sehingga kami harus menyediakan sekitar Rp12 triliun - Rp17 triliun dan ini uang mati untuk bank, tetapi demi melayani masyarakat dan mendukung misi Bank Indonesia untuk membantu peredaran uang layak edar selalu tersedia di mana ini dibutuhkan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel