Penanganan Covid-19 Kacau, Warga Jerman Minta Pembatasan Nasional

Bisnis.com,06 Apr 2021, 06:43 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Papan aturan penggunaan masker di ruang publik di Jerman./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Seruan untuk memberlakukan pembatasan secara nasional menguat di Jerman.

Seruan itu mencuat di tengah kebingungan warga atas pengaturan yang bersifat tambal sulam di seluruh negeri setelah infeksi Covid-19 terus meningkat.

Mayoritas warga Jerman mendukung pendekatan yang lebih terpadu untuk menangani virus yang sekarang memasuki gelombang ketiga, menurut sebuah jajak pendapat.

Diperkirakan pemerintah akan memberlakukan pengetatan aturan setelah liburan akhir pekan.

Sebanyak 53 persen warga Jerman mengatakan mereka ingin pemerintah menetapkan aturan pengetatan di 16 negara bagian, menurut jajak pendapat YouGov seperfi dikutip TheGuardian.com, Selasa (6/4/2021).

Kanselir Jerman Angela Merkel terus-menerus menyerukan aturan yang lebih ketat dan lebih terpadu di seluruh negeri.

Tetapi seruan Merkel tersebut sering kali ditolak oleh para pemimpin negara bagian sehingga membuat aturan itu tak berdaya.

Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer mengatakan pendekatan nasional adalah satu-satunya cara bagi negara untuk secara efektif memerangi penyebaran virus.

“Ada keinginan besar di antara penduduk untuk aturan terpadu,” katanya kepada surat kabar Welt am Sontag.

Oleh karena itu dia mengusulkan menetapkan aturan yang seragam dengan hukum federal.

Sedangkan para pemimpin negara bagian Jerman yang terkena Covid-19 menyerukan penguncian nasional.

Keterlambatan dalam melaporkan infeksi baru selama periode liburan dianggap sebagai alasan penurunan yang nyata dalam jumlah kasus.

Institut Robert Koch mengatakan terjadi 8.500 infeksi baru kemarin atau sekitar 1.400 lebih rendah dari seminggu yang lalu.

Akan tetapi pada kenyataannya angka itu lebih besar karena 'efek Paskah', yang berarti lebih sedikit orang yang dites dan hanya puluhan kematian yang dilaporkan.

Dari lebih 4.100 pasien penderita Covid-19 atau angka tertinggi sejak awal Februari yang sedang menjalani perawatan intensif, 55 persen di antaranya menggunakan ventilator.

Sedangkan selama pandemi, tingkat tertinggi pasien yang dirawat di ICU sejauh ini terjadi pada awal Januari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini