AirAsia Siapkan Ride-Hailing di Malaysia, Bersaing dengan Grab?

Bisnis.com,06 Apr 2021, 13:01 WIB
Penulis: Newswire
Sejumlah pesawat diparkir di landasan pacu saat penutupan Bandara Internasional Ngurah Rai, di Badung, Bali, Rabu (29/11)./ANTARA-Wira Suryantala

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan maskapai asal Malaysia, AirAsia, berencana untuk meluncurkan layanan ride-hailing di Malaysia.

CEO AirAsia Tony Fernandes mengatakan perusahaannya akan terjun ke layanan ini lantaran model bisnisnya sudah terbangun sehingga perseroan tidak perlu merogoh kocek cukup dalam untuk bereksperimen.

"Saya belajar dari Grab yang sudah melakukan ini selama 8 tahun. Jadi, saya tidak perlu menghabiskan semua uang untuk bereksperimen, membangun teknologi, melatih pengemudi, dan melatih pasar untuk memesan. Mereka sudah melakukan itu semua untuk saya," ujar Tony kepada media lokal The Edge Weekly, dilansir dari tempo.co, Selasa (6/4/2021).

Namun demikian, Tony belum merinci kapan layanan ride-hailing itu akan diluncurkan. Langkah perseroan yang akan masuk ke layanan ride-hailing sejalan dengan rencana perusahaan untuk memiliki superapp.

Baru-baru ini, perseroan juga telah meluncurkan layanan pengiriman makanan di Malaysia dan Singapura. Perseroan telah melakukan uji coba layanan pengiriman menggunakan drone. Perusahaan penerbangan ini berencana merambah bisnis logistik melalui layanan Teleport.

Layanan ride-hailing itu akan dikombinasikan dengan layanan penerbangan yang selama ini menjadi bisnis utama perseroan. Pasalnya, Tony meyakini semua penumpang pesawat pada akhirnya akan memesan taksi untuk menuju destinasi setelah turun di bandara.

"Bagaimana bisa bersaing dengan Grab? Semua penumpang yang tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur akan melihat saya dulu sebelum [layanan] lainnya, sebelum taksi, sebelum Grab. Ketika Anda memesan penerbangan, anda juga bisa memesan taksi," tutur Tony.

Ketika ditanya target peluncuran jasa ride-hailing tersebut, juru bicara AirAsia mengatakan, "Pengumuman untuk layanan terbaru ini akan dilakukan pada waktunya."

Sebelumnya, Tony Fernandes mengatakan perusahaannya masih mencoba bangkit dari keterpurukan. Menurut dia, sebagian besar pesawatnya belum diterbangkan selama setahun lebih akibat pandemi Covid-19.

"Kami sedang mencari dukungan finansial yang cukup," kata Tony seperti dikutip dari akun instagram @airasiatravels_id, Jumat, 2 April 2021.

Dikutip dari CNA, Selasa (30/3/2021), kerugian AirAsia pada kuartal IV 2020 melebar menjadi RM2,44 miliar (US$ 590,72) atau sekitar Rp8,5 triliun dari RM384,4 juta atau Rp1,3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan AirAsia juga tercatat merosot 92 persen menjadi RM 267,4 juta sejalan dengan menyusutnya kapasitas penumpang hingga 88 persen dibandingkan tahun lalu. Penurunan kapasitas tersebut sebagian besar terjadi di Malaysia, Filipina, dan Indonesia karena perbatasan internasional masih ditutup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini