Padi yang Ditanam di Kawasan Food Estate Sudah Mencapai 98,8 Persen

Bisnis.com,07 Apr 2021, 19:25 WIB
Penulis: M. Mutawallie Sya’rawie
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, SAMARINDA – Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengklaim pelaksanaan proyek food estate tahun 2020 berjalan cukup baik dan lancar.

Gubernur Kalteng Sugianto Sabran menyatakan bahwa total tanaman padi yang sudah tertanam seluas 29.032,5 hektare atau 98,8 persen dari total target 30.000 ha. Sedangkan, yang sudah terpanen seluas 15.862 ha atau 52,9 persen.

“Bapak-bapak Menteri bertanya-tanya kenapa progres yang semula target 30.000 ha harusnya sudah selesai ditanam paling lambat akhir bulan Desember 2020 bahkan sampai pada akhir bulan Maret 2021 masih ada yang belum tertanam yakni seluas 967,5 Ha dan yang belum tertanam tersebut adalah di Kecamatan Dadahup tepatnya di Desa Bentuk Jaya (Dadahup A5) yakni di tempat kita berada saat ini,” ujarnya dikutip dari MMC Kalteng, Rabu (7/4/2021).

Dia memaparkan salah satu lokasi pelaksanaan program pengembangan food estate di Lahan Rawa Sebagai Lumbung Pangan Berbasis Korporasi Petani yaitu Kecamatan Dadahup tersebut mengalami kendala dalam pelaksanaan pengolahan lahan dan penanaman di lapangan.

Hal itu disebabkan oleh kondisi fenomena iklim La Nina yang cukup basah dengan intensitas curah hujan yang sangat tinggi menjelang akhir tahun 2020 sampai saat ini.

“Hal itu disebabkan ketinggian permukaan air di lahan tersebut naik kisaran 15-30 cm yang melebihi standar maksimal yaitu 10 cm, sehingga sulit untuk dapat ditanami padi varietas unggul khususnya di area 1.000 ha di Desa Bentuk Jaya (Dadahup A5),” paparnya.

Selain itu, belum optimalnya perbaikan infrastruktur irigasi seperti pengerukan saluran irigasi primer dan sekunder belum terbangunnya pintu air, tanggul, pemeliharaan saluran, dan lain-lain menjadi kendala lainnya yang merupakan faktor utama dalam mengendalikan kebutuhan air bagi tanaman.

Dia menuturkan bahwa pada awalnya kecamatan Dadahup (PLG 1 Juta Ha) merupakan daerah yang cukup subur dan menghasilkan tanaman padi dengan kualitas baik dengan infrastruktur khususnya irigasi berfungsi sangat baik dan lancar, tetapi sejak tahun 2005 kondisi tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah.

“Hal itu disebabkan oleh adanya kerusakan pintu air dan tanggul, dimana saluran primer dan sekunder mengalami pendangkalan sehingga mengakibatkan keluar masuknya air tidak lagi dapat dikendalikan dan menyebabkan banjir pada saat musim hujan tiba. Begitupun sebaliknya, akan mengalami kekeringan pada musim kemarau. Sejak saat itu petani mulai meninggalkan bercocok tanam padi dan beralih bekerja pada sektor lainnya, dengan kata lain berarti sampai dengan tahun 2020 sudah 15 tahun ditinggalkan dan tidak diolah serta ditanami oleh petani,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ajijah
Terkini