Mudik Dilarang, Industri Pariwisata Perkotaan Ketiban Rezeki?

Bisnis.com,09 Apr 2021, 16:03 WIB
Penulis: Rahmad Fauzan
Sejumlah wisatawan berswafoto di kawasan pantai yang terbentuk dari fenomena akresi (penambahan garis pantai dari darat menuju laut akibat sedimentasi bertahun-tahun) di Desa Surodadi, Sayung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (11/2/2020). Munculnya pantai berpasir hitam seluas sekitar 4 hektare akibat fenomena alam tersebut menjadi potensi destinasi wisata baru yang rencananya akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) guna meningkatkan ekonomi masyarakat setempat./ANTARA FOTO-Aji Styawan

Bisnis.com, JAKARTA – Momentum hari raya Idulfitri 2021 yang diprediksi menjadi ujian terberat sektor pariwisata, ternyata masih menghadirkan sejumlah peluang bagi pelaku industri. Pelarangan mudik oleh pemerintah menjadi salah satu pemicunya.

Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Djunaedi mengatakan tidak terjadinya mobilitas besar-besaran pada musim mudik lebaran nanti akan menjadi anomali yang menguntungkan bagi pelaku industri pariwisata di kota-kota tujuan rantau.

"Dengan demikian, pelaku usaha sektor pariwisata di kota-kota besar harus bisa memberikan satu atraksi untuk menarik perhatian wisatawan pada momen tersebut. Sebab, banyak peluang-peluang pariwisata di kota-kota besar di Indonesia. Misalnya, kota tua dan kebun binatang," ujar Didien ketika dihubungi, Jumat (9/4/2021).

Perlu diketahui, pada periode 2017-2019 pergerakan wisatawan domestik paling banyak terjadi di provinsi-provinsi besar. Pada 2020, pergerakan wisatawan domestik tercatat tinggi disejumlah provinsi.

Berdasarkan data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), provinsi-provinsi dengan pergerakan wisatawan domestik tertinggi tersebut, antara lain; Jawa Timur (52 juta), Jawa Barat (49 juta), Jawa Tengah (39 juta), DKI Jakarta (21 juta), dan Banten (11 juta).

Namun, sektor pariwisata di seluruh provinsi Tanah Air harus terpukul akibat pandemi Covid-19 tidak dapat dihindari. Baik Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, maupun Banten mendapatkan pukulan telak yang ditandai dengan penurunan drastis okupansi hotel.

Tahun lalu, okupansi hotel provinsi-provinsi tersebut di atas hanya berada di kisaran 29 - 41 persen. Anjlok parah dari 2019 di mana tingkat okupansi hotel di wilayah-wilayah tersebut masih berkisar 46 - 60 persen. 

"Hal yang paling penting adalah bagaimana menyiasati peluang di tengah kesempitan akibat pandemi Covid-19 ini. Momentum ini harus dijadikan kesempatan. Kreativitas pelaku usaha diperlukan," kata Didien.

Namun demikian, lanjutnya, industri pariwisata memerlukan dana bantuan dari pemerintah. Selain pemerintah, pelaku industri pariwisata berharap mendapatkan dukungan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mendukung geliat pariwisata di kota-kota besar.

Didien memproyeksikan pertumbuhan pergerakan wisatawan domestik di kota-kota besar pada periode hari raya Idulfitri 2021 bisa berkisar 70-80 dibandingkan dengan hari-hari biasa selama masa pandemi. Seburuk-buruknya, kata Didien, pergerakan wisatawan domenstik pada momen tersebut di level 50 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini