Bisnis.com, Jakarta - Penyaluran kredit diperkirakan akan semakin positif pada kuartal II/2021 sejalan dengan hasil survei perbankan Bank Indonesia (BI).
Meski begitu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan penyaluran kredit masih akan memiliki sejumlah tantangan.
"Perlu dilihat apakah peningkatan ini sesuai ekspektasi untuk pemulihan ekonomi nasional atau masih di bawah ekspektasi, karena kalau kita melihat dari sisi ekonomi, masih banyak tantangan untuk kembali pulih normal. Di samping itu kasus pandemi Covid-19 masih banyak dan masih ada pembatasan sosial yang berdampak pada sektor bisnis dan perekonomian," ujar Trioksa ketika dihubungi Bisnis pada Rabu (21/4/2021).
Dia pun mengatakan, perbankan juga cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit karena kondisi ekonomi dan bisnis yang belum sepenuhnya pulih.
Sebelumnya, survei perbankan BI menyebutkan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 93,3 persen, meningkat dari 30,4 persen pada kuartal I-2021 maupun dibandingkan minus 33,9 persen pada kuartal yang sama 2020.
"Prakiraan pertumbuhan tersebut mengindikasikan kinerja pembiayaan yang semakin membaik pada kuartal II-2021," demikian ditulis dalam hasil survei yang dikutip dari laman resmi BI.
Di sisi lain, BI juga kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi sebesar 4,1 hingga 5,1 persen di sepanjang 2021. Sebelumnya BI juga sudah beberapa kali revisi pertumbuhan PDB yakni dari sebelumnya sebesar 4,8-5,8 persen kemudian diturunkan 4,3-5,3 persen.
“BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun 2021 akan berada pada kisaran 4,1 sampai 5,1 persen,”.
Perry menjelaskan, konsumsi swasta yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Penjualan Ritel hingga Maret 2021 masih terbatas. Meski memangkas proyeksi, Perry mengatakan perbaikan ekonomi domestik masih terus berlangsung terutama didukung oleh peningkatan kinerja ekspor dan belanja fiskal.
Kinerja ekspor diperkirakan terus membaik lebih tinggi dari perkiraan awal tahun, terutama didukung oleh komoditas kelapa sawit, biji logam, kendaraan bermotor, serta besi dan baja. “Peningkatan ini ditopang kenaikan permintaan negara mitra dagang utama, terutama Amerika Serikat dan China,” jelasnya.
Perry mengatakan pemulihan ekonomi juga akan didorong oleh stimulus fiskal pemerintah dalam bentuk bantuan sosial dan belanja modal yang lebih tinggi dari perkiraan. Selain itu, BI juga merevisi prakiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021 menjadi 5,7 persen, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 5,1 persen.
Pemulihan ekonomi global yang lebih tinggi terkonfirmasi oleh perkembangan sejumlah indikator dini pada Maret 2021, seperti Purchasing Managers' Index (PMI), keyakinan konsumen, dan penjualan ritel di beberapa negara yang terus meningkat.
Sejalan dengan perbaikan ekonomi global tersebut, volume perdagangan dan harga komoditas dunia terus meningkat, sehingga mendukung perbaikan kinerja ekspor negara berkembang yang lebih tinggi, termasuk Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel