Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. berkomitmen meningkatkan pembiayaan yang tercermin dari kenaikan fasilitas kredit untuk bisnis hingga 6% secara year on year. Meski demikian, aktivitas bisnis yang belum pulih menyebabkan fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Alhasil, total kredit BCA terkoreksi menjadi Rp586,8 triliun di akhir Maret 2021. Jika dibandingkan dengan kredit kuartal I/2020 sebesar 612,2 triliun, maka angka kuartal I/2021 turun tersebut turun 4,15%.
Perinciannya, kredit korporasi mencapai Rp262,6 triliun di Maret 2021, naik 0,9% yoy. Sementara itu, kredit komersial dan UKM turun 6,4% yoy menjadi Rp178,9 triliun.
Total kredit konsumer terkontraksi 10% yoy menjadi Rp139,5 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR) turun 3,4% yoy menjadi Rp89,4 triliun, serta kredit kendaraaan bermotor (KKB) berkurang 23,7% yoy menjadi Rp36,0 triliun. Senada, saldo outstanding kartu kredit juga turun 10,2% yoy ke Rp11,1 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan secara umum pengembalian kredit akan mengurangi jumlah kredit. Di sisi lain, kebutuhan kredit baru masih kecil sehingga menyebabkan kredit turun.
"Kredit baru yang dibutuhkan lebih kecil daripada cicilan yang kita terima, sehingga negatif di sektor itu. Kita tidak akan katakan bahwa itu negatif, tetapi karena kebutuhan di sektor itu lebih sedikit dibandingkan beberapa sektor lain," terangnya.
Dia mengatakan hampir semua bidang industri masih dalam kondisi menunggu. Namun adanya kebijakan stimulus dari pemerintah seperti di sektor otomotif dan properti diharapkan akan mendorong industri tersebut. Dari situ, BCA siap mendorong dengan permodalan dan likuditas yang tersedia.
Direktur Rudy Susanto menjelaskan kredit yang melambat terutama terjadi di sektor perdagangan, restoran, dan hotel. Sementara itu, kredit tumbuh paling cepat di sektor telekomunikasi seperti Telkom, XL, dan Indosat. Kredit juga tumbuh cepat di industri CPO didorong kenaikan harganya beberapa waktu terakhir, serta di industri pulp and paper.
"Yang terjadi terakhir ini di CPO. Refinery sitenya butuh modal kerja karena harga CPO naik banyak. Dan juga hasil turunan dari pulp, paper, dan rayon," terangnya dalam paparan kinerja virtual, Kamis (22/4/2021).
Lebih lanjut, Direktur Vera Eve Lim mengatakan sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB), perseroan menargetkan kredit tumbuh 6% yoy pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel