Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menyatakan pengelolaan segmen bisnis dilakukan secara sustain dan prudent agar bisa terus berkontribusi kepada ekonomi nasional. Pada akhir Maret 2021, Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit konsolidasian yang solid di kisaran 9,1% secara year on year (yoy) menjadi Rp984,8 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, salah satu kunci keberhasilan perseroan dalam membangkitkan kinerja pada awal tahun ini adalah dengan memperhatikan sektor unggulan di masing-masing wilayah yang masih memiliki prospek positif dan kualitas yang baik.
Secara bank only, penyaluran kredit emiten berkode BMRI ini mencapai Rp779,0 triliun hingga kuartal I/2021, ditopang oleh segmen wholesale yang tumbuh tipis 0,18% (yoy) menjadi Rp513,9 triliun, serta segmen UMKM yang tumbuh 3,22% (yoy) menjadi Rp92,1 triliun.
Pencapaian tersebut tetap memperhatikan kualitas pembiayaan sehingga rasio non performing loan (NPL) konsolidasi terjaga baik di kisaran 3,15% dan rasio pencadangan terhadap NPL lebih dari 220%.
“Kami melihat laju pertumbuhan ini sebagai tanda positif mulai berdenyutnya sisi permintaan dunia usaha yang perlu terus dijaga dan bahkan diperkuat agar ekonomi Indonesia segera pulih. Oleh karena itu, kami tidak akan lengah dan terus waspada dalam mengeksekusi rencana bisnis ke depan,” kata Darmawan Junaidi dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (27/4/2021).
Beberapa sektor ekonomi yang menjadi fokus penyaluran kredit segmen wholesale antara lain sektor FMCG, perkebunan dan konstruksi.
Sementara itu, di sektor UMKM, outstanding portfolio KUR juga tumbuh kencang di kisaran 35,4% (yoy) menjadi Rp46,2 triliun, di mana Rp9,6 triliun disalurkan kepada 99.162 debitur dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Darmawan mengatakan, pihaknya optimis perkembangan program vaksinasi Covid-19 yang dikombinasikan dengan berbagai stimulus kebijakan pemerintah dan regulator, termasuk berbagai program bantuan sosial kepada masyarakat, akan mampu membangkitkan perekonomian Indonesia dari tekanan dahsyat pandemi covid-19.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), Bank Mandiri secara konsolidasi mencetak pertumbuhan 25,5% (yoy) menjadi Rp1.181,3 triliun, dengan komposisi dana murah yang meningkat menjadi 67,60% dari sebelumnya 64,13%.
DPK secara bank only juga mengalami peningkatan sebesar 15,6% (yoy) menjadi Rp947,8 triliun dengan rasio ddana murah (CASA ratio) sebesar 71,2%, terutama didorong oleh pertumbuhan giro yang mencapai 41,73% (yoy) menjadi Rp335,9 triliun.
“Keberhasilan kami memperbaiki komposisi dana murah ini juga ikut menekan biaya dana atau cost of fund secara year to date (bank only) menjadi hanya 1,80%, turun tajam dari 2,83% pada Maret 2020,” katanya.
Dia menyebutkan, kenaikan DPK hingga menembus level Rp1.100 triliun dan kenaikan penyaluran kredit berkontribusi kepada pembentukan aset Bank Mandiri secara konsolidasi hingga mencapai Rp1.584,1 triliun, meningkat 20% (yoy).
“Kenaikan aset yang signifikan tersebut terutama didorong oleh keberhasilan proses merger Bank Syariah Mandiri dan dua bank syariah anggota Himbara (Himpunan bank milik negara) lainnya menjadi Bank Syariah Indonesia dan menjadi entitas perusahaan anak Bank Mandiri,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel