IFG Life Siapkan Model Bisnis Khusus, Fokus Garap Produk Tradisional

Bisnis.com,28 Apr 2021, 19:32 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Logo Indonesia Financial Group (IFG)

Bisnis.com, JAKARTA — Tren peningkatan penjualan produk tradisional mendasari PT Asuransi Jiwa IFG atau IFG Life untuk fokus menjual produk asuransi yang fokus kepada proteksi. Terdapat model bisnis khusus yang disiapkan perseroan.

Komisaris Utama IFG Life Pantro Pander Silitonga menjelaskan bahwa saat ini perusahaannya sudah beroperasi setelah menerima izin operasional dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bahkan, IFG Life telah menerbitkan polis.

Dalam menjalankan bisnisnya, IFG Life akan fokus menjual produk asuransi tradisional atau tidak disertai investasi. Keputusan itu, menurut Pantro, dipilih karena adanya tren pertumbuhan produk tradisional di industri yang berasal dari kebutuhan masyarakat.

Dia mengutip data OJK, bahwa pada 2020 industri asuransi umum mengalami penurunan premi 4 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp76,8 triliun, senasib dengan industri asuransi jiwa yang preminya turun 7,2 persen (yoy) menjadi Rp171,9 triliun. Meskipun begitu, produk asuransi kesehatan yang bersifat tradisional justru resisten di tengah tekanan ekonomi tahun lalu.

"Premi asuransi kesehatan, justru naik 17,2 persen [yoy], dari Rp11,66 triliun menjadi Rp13,66 triliun. Ini perlu kita lihat, kalau kita bedah, hampir 90 persen portofolio industri asuransi jiwa berorientasi kepada investasi, baik bentuknya unit-linked atau endowment, justru yang mengalami kenaikan adalah asuransi kesehatan," ujar Pantro dalam diskusi Menuntaskan Restrukturisasi Polis Jiwasraya, Selasa (28/4/2021).

Pihaknya melihat bahwa catatan kinerja itu menunjukkan potensi pertumbuhan permintaan yang organik dari asuransi. Kebutuhan masyarakat terhadap asuransi yang terlepas dari investasi meningkat, sehingga produk tradisional berpeluang berkembang.

Di sisi lain, Pantro menilai bahwa meningkatknya kebutuhan proteksi tanpa investasi dapat mendorong IFG Life untuk mengalihkan beban penjualan untuk kepentingan nasabah. Menurutnya, beban pemasaran kerap meningkat karena adanya tuntutan memenuhi target closing, yang didasari produk-produk berbalut investasi.

"Yang menggunakan agensi komisi bisa 40 persen–50 persen. Pada saat komisi sedemikian besar, beban investasinya menjadi lebih besar lagi, karena yang dijanjikan adalah hasil investasi. Artinya, asuransi harus masuk ke skema investasi yang berisiko tinggi, this has created a vicious cycle," ujar Pantro.

Menurutnya, untuk memutus kondisi itu maka produk berbasis proteksi harus terus dikembangkan. Potensi itu dapat dioptimalkan setelah kesadaran masyarakat akan asuransi dan kesehatan semakin meningkat di tengah pandemi Covid-19. "Artinya ada ruang buat perusahaan asuransi untuk benar-benar menawarkan model bisnis yang customer centric," ujarnya.

Pantro pun menjelaskan bahwa IFG Life menawarkan sejumlah model bisnis yang akan disertai tata kelola dan manajemen dengan baik. Pertama, adalah customer centric atau menawarkan variasi proteksi berdasarkan kebutuhan masyarakat.

Kedua, adalah long term relationship, yakni skema bisnis yang memberikan manfaat jangka panjang baik bagi perusahaan, nasabah, maupun tenaga pemasar. Menurut Pantro, pihaknya akan mengubah struktur insentif tenaga pemasar menjadi jangka panjang.

"Sehingga mereka benar-benar menjadi advisor, bukan menjadi short term sellers. Dan skema ini kami lihat akan ada kesesuaian antara kepentingan perusahaan asuransi, kepentingan pemegang polis, dan tenaga penjual," ujar Pantro.

Ketiga, adalah operational cost efficiency, yakni dengan menekan biaya distribusi dan manajemen investasi. Menurut Pantro, tingginya kedua biaya itu berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi imbal hasil investasi yang dijanjikan kepada nasabah.

"Kalau selama ini masuk skema yang mengharapkan hasil investasi tinggi, mereka akan bayar management fee cukup besar," ujarnya.

IFG Life pun akan mengembangkan proposisi proteksi melalui penempatan investasi yang dikurasi dan disesuaikan dengan profil liabilitas setiap pemegang polis. Pantro meyakini model bisnis itu dapat membuat beban operasional perseroan lebih efisien.

"Ada kesempatan membangun perusahaan asuransi baru dengan model bisnis yang baru, dan diperkuat dengan tata kelola dan manajemen risiko yang baik," ujar Pantro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini