Modalku: P2P Lending Jadi Pilihan Utama UMKM Peroleh Pinjaman, Ini Alasannya

Bisnis.com,29 Apr 2021, 20:58 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Reynold Wijaya (CEO & Co-Founder Modalku) dan Iwan Kurniawan (COO & Co-Founder Modalku)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Platform teknologi finansial peer-to-peer (fintech P2P) lending terbukti menjadi pilihan UMKM sebagai sumber utama dalam mendapatkan pinjaman permodalan. Hal ini diungkap studi kuantitatif PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) terhadap para nasabah peminjam dana (borrower) dalam platform-nya, menggandeng konsultan dan lembaga riset DSInnovate.

Hasil studi tersebut membuktikan fintech P2P lending dipilih menjadi sumber pendanaan utama para responden pelaku UMKM sebanyak 25,7 persen dari total responden. Lebih banyak dipilih ketimbang kartu kredit (25,14 persen), kredit tanpa agunan lembaga konvensional (24,29 persen), bank (23,14 persen), pinjaman informal ke saudara atau orang terdekat (21,43 persen), dan pinjaman ke lembaga informal tanpa lisensi seperti rentenir (3,43 persen).

Pasalnya, terbukti dari 350 UMKM borrower Modalku, hanya 27 persen yang pernah meminjam ke lembaga jasa keuangan (LJK) konvensional, namun hanya 59 di antara mereka yang berhasil mendapatkan pinjaman tersebut. Dari para UMKM yang berhasil tersebut, separuhnya mengaku tertarik meminjam ke LJK konvensional karena penawaran bunga yang ringan, memenuhi kebutuhan modal dasar, dan karena telah memiliki kemudahan menjangkau LJK tersebut.

Sebaliknya, para UMKM lebih memilih P2P, khususnya lewat Modalku, didominasi karena syarat pengajuan pinjaman tanpa agunan (41,7 persen), pencairan dana yang cepat (28,86 persen), pinjaman sesuai kebutuhan (16,86 persen), kemudahan dalam aplikasi (8,86 persen), dan kenyamanan dalam aplikasi (6,86 persen).

Sementara itu, terkait penggunaan pinjaman, didominasi 50,29 responden mengaku membutuhkannya untuk pembelian bahan baku usaha. Sisanya, untuk memenuhi biaya operasional lainnya (19,14 persen), membeli barang yang dapat dijual kembali, membeli material dan perlengkapan, serta sewa tempat baru masing-masing disepakati 12,86 persen responden, dan perluasan kantor dan cabang (9,43 persen).

Modalku mencatat terdapat 176 responden dari total 350 responden yang mengalokasikan pinjaman dari Modalku untuk biaya operasional usaha mereka, terutama untuk usaha berskala kecil. Nilai yang dialokasikan untuk kebutuhan tersebut sebesar Rp3,23 miliar atau mencapai 64,9 persen dari total pengeluaran mereka periode 2019.

Adapun, 45 orang dari total responden mengalokasikan pinjaman Modalku untuk membiayai sewa tempat baru yang memiliki lokasi lebih baik. Nilai yang dialokasikan untuk kebutuhan sewa tempat mencapai Rp474 juta atau mencapai 67,9 persen dari total pengeluaran mereka pada periode 2019.

Dengan kata lain, riset menunjukkan faktor pengelolaan aliran arus kas merupakan kata kunci utama bagi UMKM terkait pilihannya mengajukan pinjaman ke platform P2P lending.

"Tidak seperti korporasi yang besar, pelaku UMKM biasanya terfokus pada operasional harian. Pelaku UMKM tidak memiliki waktu untuk membandingkan tingkat suku bunga antarbank, atau berusaha untuk meningkatkan penilaian kredit yang mereka miliki. Terlebih lagi, mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengoptimalkan aliran kasnya," tulis hasil riset tersebut, dikutip pada Kamis (29/4/2021).

Buktinya, 25,1 persen sepakat pinjaman pengatur aliran kas dari pendanaan yang didapat, mengatur aliran kas untuk tambahan stok barang (24,9 persen), mengatur aliran kas untuk pembiayaan (20,6 persen), mengatur aliran kas untuk operasional usaha (12 persen), aliran kas yang kompetitif (4 persen).

Berdasarkan studi ini, kendala yang dihadapi oleh sektor UMKM kini semakin besar, terutama dengan semakin meningkatnya biaya produksi dan biaya operasional bagi para pelaku usaha di Indonesia.

Perubahan strategi dan transformasi sektor bisnis di Indonesia serta ditambah dengan ketidakmampuan pelaku UMKM untuk beradaptasi dan mengikuti perubahan tersebut membuat pelaku UMKM mengalami kegagalan usaha dan mempengaruhi kinerja sektor UMKM secara keseluruhan.

"Kesulitan sektor UMKM dalam memperoleh pembiayaan sudah menjadi permasalahan sejak lama di Indonesia tanpa adanya solusi yang efektif dalam mengatasinya. Inklusi sektor keuangan telah lama berjalan di Indonesia, namun permasalahan yang dihadapi UMKM masih belum mampu teratasi," jelasnya.

Oleh sebab itu, dengan perkembangan internet dan keuangan digital dalam satu dekade terakhir tampaknya dapat memberikan solusi kesulitan yang dihadapi oleh sektor UMKM. Industri pembiayaan berbasiskan P2P lending pun mulai dianggap sebagai inovasi sektor keuangan dan diterima secara global, dengan Indonesia menjadi salah satu yang terdepan dalam perkembangan sektor pembiayaan berbasis digital ini.

Oleh sebab itu, mengingat pentingnya sektor UMKM bagi perekonomian Indonesia dan berbagai permasalahan yang dihadapi sektor tersebut, maka penelitian ini berusaha untuk mengetahui kinerja sektor UMKM dalam 6 tahun terakhir (2014-2019) serta pengaruh dari industri teknologi finansial sebagai mediator pembiayaan.

"Hasil tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai fungsi dan manfaat industri teknologi finansial dalam pasar keuangan yang dinamis, mendorong studi yang lebih mendalam lagi atas implikasinya pada berbagai sektor keuangan, serta di sisi lain menarik perhatian pelaku usaha lainnya yang juga mengalami kesulitan dalam memperoleh pembiayaan, dan juga mendorong pemerintah dan regulator di industri keuangan untuk mempertimbangkan solusi lainnya dalam mengatasi permasalahan tersebut," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini