Bisnis.com, JAKARTA - PT PEFINDO Biro Kredit atau IdScore menggambarkan aktivitas penyaluran kredit mulai menggeliat selama tiga bulan pertama 2021.
Pasalnya, permintaan credit score dan informasi kredit debitur oleh lembaga keuangan untuk keperluan analisa kredit meningkat. Hal ini menyiratkan bahwa aktivitas penyaluran kredit mulai pulih secara berangsur-angsur baik dari sisi permintaan dan penawaran.
Yohanes Arts Abimanyu, Direktur Utama PT PEFINDO Biro Kredit – IdScore, mengungkapkan bahwa permintaan (inquiry) credit score dan laporan kredit yang diterima pihaknya terus menunjukkan tren peningkatan dari waktu ke waktu.
"Inquiry yang masuk selama kuartal I/2021 tercatat meningkat 26 persen dibandingkan dengan kuartal IV 2020. Jumlah tersebut mencapai hampir 80 persen dibandingkan dengan inquiry pada periode yang sama tahun 2020, atau saat belum terjadi pandemi," ujar Abimanyu dalam keterangannya, Kamis (29/4/2021).
Sebelumnya, Abimanyu menjelaskan bahwa pada kuartal II/2020 atau saat awal terjadinya pandemi Covid-19, nilai permintaan laporan kredit dan credit score sempat mengalami penurunan yang signifikan. Permintaan mulai berangsur-angsur naik pada kuartal III/2020 dan kuartal IV/2020 hingga kuartal I/2021.
Menurutnya, program vaksinasi merupakan salah satu faktor kunci yang mendukung pulihnya aktivitas bisnis. Di sisi lain, berbagai stimulus yang digelontorkan pemerintah, bank sentral dan regulator pun berdampak. Misalnya, subsidi PPnBM kendaraan bermotor, penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate, serta pelonggaran ketentuan uang muka kredit kendaraan bermotor dan properti, telah menunjukkan hasil positif yang akan terus mendorong optimisme pertumbuhan kredit tahun ini.
Dalam kondisi saat ini, lembaga keuangan penyalur kredit dan pembiayaan diharapkan tetap mencermati profil risiko debitur dengan melakukan asesmen secara cermat dan terukur. "Meskipun terjadi peningkatan permintaan, kualitas portfolio kredit tetap harus menjadi fokus utama guna memastikan kestabilan cashflow, kesehatan keuangan dan keberlangsungan bisnis ke depan," tambah Abimanyu.
Naiknya permintaan kredit menuntut kebijakan pemberian kredit yang prudent, serta kecukupan manajemen risiko agar risiko gagal bayar dapat diantisipasi sejak dini guna mencegah kenaikan NPL dan penurunan kualitas portfolio kredit. Semua jenis informasi dan data dapat dimanfaatkan secara optimal dalam analisa kredit guna menghasilkan credit scoring serta gambaran profil risiko debitur yang akurat.
"Namun demikian, proses analisa haruslah menggunakan data valid. Penggunaan credit scoring harus menggunakan data dari sumber yang valid dan kredibel agar keputusan yang diambil tepat dan tidak merugikan debitur karena ketidakakuratan data," jelasnya.
Lebih jauh, Abimanyu menambahkan bahwa di tengah maraknya pemanfaatan credit scoring seperti saat ini, perlu dipastikan agar data yang digunakan berkualitas dan memadai, berasal dari sumber terpercaya serta didukung metodologi teruji, sehingga hasil profil debitur dapat menggambarkan kondisi sebenarnya.
Masyarakat juga diimbau untuk lebih berhati-hati dalam melakukan pengecekan credit scoring pribadi agar tidak dirugikan dalam proses pengajuan kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel