Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Maybank Indonesia Tbk. membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp501 miliar pada kuartal I/2021 atau turun 31,8 persen secara year on year.
Sementara laba bersih setelah pajak dan kepentingan nonpengendali (PATAMI) turun 29,18 persen yoy menjadi Rp381 miliar. Hal ini disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 yang berkelanjutan sejak kuartal I/2020.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan pencapaian kinerja perseroan per kuartal I/2021 mencerminkan kondisi ekonomi yang masih menantang di awal tahun ini.
Perseroan akan terus memonitor risiko terhadap portofolio yang dimiliki. Pada saat yang sama, perseroan terus mengejar peluang-peluang yang ada, khususnya terkait layanan perbankan digital.
"Namun demikian, kami senantiasa bersikap hati-hati dan sigap dalam mengantisipasi dan memitigasi dampak lanjutan dari pandemi beberapa waktu ke depan, selain juga terus memberikan dukungan kepada nasabah untuk memastikan keberlangsungan bisnis mereka," terangnya dalam siaran pers, Jumat (30/4/2021).
Taswin optimis bahwa ekonomi akan kembali pulih tahun ini, didukung oleh program stimulus pemerintah dan vaksinasi Covid-19.
Dalam paparan kinerjanya, Maybank Indonesia mencatatkan penyaluran kredit turun 17,2 persen yoy menjadi Rp101,7 triliun per 31 Maret 2021. Koreksi tersebut karena bank lebih konservatif dan hati-hati dalam melakukan ekspansi kredit di tengah dampak disrupsi pasar akibat wabah Covid-19.
Dari sisi rasio keuangan perseroan relatif stabil di tengah kondisi yang menantang. Hal ini tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di level 4,2 persen (gross) dan 2,4 persen (net) per Maret 2021, dibandingkan dengan NPL pada kuartal IV/2020 di level 4 persen (gross) dan 2,5 persen (net).
Rasio kredit terhadap simpanan/Loan to Deposit (LDR Bank saja) tercatat sehat pada level 76,0 persen, sementara Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank saja) atau Rasio Kecukupan Likuiditas tercatat sebesar 202,0 persen per kuartal I/2021, jauh di atas ketentuan minimum sebesar 100 persen
Dana Pihak Ketiga Maybank Indonesia relatif stabil yakni sebesar Rp117,1 triliun pada Maret 2021. CASA bertumbuh 9,6 persen menjadi Rp48,0 triliun, dimotori kenaikan rekening giro sebesar 23,3 persen. Rasio CASA pun membaik menjadi 41,0 persen dari 37,4 persen pada tahun sebelumnya.
Posisi permodalan BNII tumbuh lebih kuat dengan Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat sebesar 25,3 persen per Maret 2021, dibandingkan dengan 20,6 persen periode yang sama tahun lalu. Total modal tercatat naik menjadi Rp26,9 triliun dari Rp 26,2 triliun.
Presiden Komisaris Maybank Indonesia Datuk Abdul Farid Alias mengatakan terlepas dari gejolak pasar yang tengah terjadi, perseroan meyakini kekuatan dalam mengelola aset dan liabilitas, didukung oleh permodalan yang kuat dan level likuiditas yang solid, dapat membantu menghadapi tantangan pada kuartal mendatang.
"Kami berhasil meningkatkan pertumbuhan pembiayaan syariah, yang didukung oleh implementasi strategi ‘Sharia First’. Pengalaman kami mengajarkan untuk terus fokus dalam mengubah tantangan menjadi peluang. Di saat yang sama, kami berupaya untuk memperkuat posisi brand dengan meningkatkan layanan perbankan digital dan tetap fokus pada pelayanan nasabah dimana hal ini dapat memperkuat pijakan kami ketika ekonomi membaik," katanya.
Peningkatan layanan perbankan digital dilakukan melalui pengembangan fitur baru pada aplikasi Maybank2U (M2U) pada kuartal I/2021. Transformasi perbankan digital kian menunjukan hasil yang menggembirakan tercermin pada peningkatan akuisisi nasabah dan volume transaksi.
Transaksi finansial yang dilakukan melalui aplikasi M2U meningkat lebih dari 55 persen menjadi lebih dari 3 juta transaksi pada kuartal I/2021. Lebih dari 32.000 rekening tabungan/simpanan baru dibuka secara online melalui M2U selama periode tersebut. Total Dana Pihak Ketiga yang terhimpun mencapai lebih dari Rp4 triliun dan hal ini menopang bank dari sisi pendanaan secara signifikan.
Adapun Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia mencatat laba sebelum pajak naik 58,2 persen menjadi Rp173 miliar. Pembiayaan Unit Usaha Syariah bertumbuh sebesar 3,5 persen menjadi Rp25,3 triliun.
Total Dana Pihak Ketiga Unit Usaha Syariah tumbuh 13,2 persen menjadi Rp29,5 triliun, ditopang pertumbuhan dana murah (CASA) Syariah sebesar 42,6 persen. Sementara, Financing to Deposit Ratio (FDR) atau rasio pembiayaan terhadap pendanaan Unit Usaha Syariah membaik menjadi 85,5 persen per 31 Maret 2021 dari 93,8 persen pada tahun lalu.
Total aset Unit Usaha Syariah naik 12,9 pada menjadi Rp35,9 triliun, menyumbang sebesar 20,7 persen dari total aset konsolidasian bank per 31 Maret 2021, dibanding 17,5 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel