Permintaan Batu Bara Diprediksi Meningkat, Ini Rekomendasi Adaro Energy (ADRO)

Bisnis.com,05 Mei 2021, 06:28 WIB
Penulis: Ika Fatma Ramadhansari
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Ciptadana Sekuritas Asia merekomendasi beli (buy) saham emiten PT Adaro Energy Tbk. seiring dengan prospek harga batu bara yang positif pada kuartal II/2021.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo mengungkapkan bahwa pihaknya masih melihat ruang pertumbuhan harga batu bara secara kuartalan, melihat adanya potensi permintaan yang meningkat di China.

Musim panas kali ini, China menghadapi gelombang panas yang baru membuat permintaan batu bara selama periode tersebut telah meningkat secara eksponensial.

Ditambah lagi, pemotongan pasokan dari Australia akibat hubungan politik kedua negara yang memanas memberikan keuntungan tambahan untuk harga batu bara di rata-rata US$86,7 per ton pada tahun 2021.

“Dengan pemikiran tersebut, kami masih melihat ruang untuk batu bara tumbuh di kuartal II/2021,” ujar Thomas dalam riset yang dikutip Selasa (4/5/2021).

Ciptadana merekomendasikan menuliskan rekomendasi buy untuk emiten berkode saham ADRO tersebut tetap dipertahankan dengan target harga di level Rp1.700. Dia mengapresiasi kebijakan ADRO melakukan pembayaran dividen 99,9 persen baru-baru ini. Kemudian juga meyakini bahwa perseroan mampu mempertahankan kendali biaya yang ketat.

“Kami mempertahankan pembelian kami peringkat karena take profit kami masih menawarkan potensi kenaikan 35,5 persen yang menarik,” tambahnya.

Rekomendasi ini juga mengingat fenomena La Nina yang akhirnya mereda membuat aktivitas operasional akan kembali normal pada kuartal II/2021.

Berbasis pemikiran di atas, perseroan kini dalam proses memproduksi sekitar 52 juta ton batu bara, sejalan dengan panduan Ciptadana Sekuritas dan perusahaan jelas Thomas.

“Manajemen memberi kami strip rasio yang lebih tinggi panduan 4,8 kali, jauh lebih tinggi dari tahun fiskal 2020 pada 3,8 kali karena perusahaan harus mematuhinya urutan penambangan dan dijadwalkan untuk menghilangkan lebih banyak lapisan penutup tahun ini,” tutur Thomas.

Selain itu, dia meyakini model bisnis terintegrasi ADRO akan terus menghasilkan proses penambangan yang efisien, dan akan melanjutkan pengendalian biaya selama sisa tahun ini.

Sebelumnya, emiten pertambangan batu bara itu melaporkan koreksi pendapatan dan laba pada kuartal I/2021 akibat penurunan batu bara yang terhambat cuaca. Namun perseroan mengungkapkan mampu mempertahankan marjin EBITDA operasional perseroan sebesar 35 persen.

Pada 3 bulan pertama 2021, perseroan mencatatkan EBITDA operasional sebesar US$244 juta yang turun 8 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020 sebesar US$265 juta.

Sementara itu, ADRO mencatatkan raihan pendapatan senilai US$691,97 juta. Nilai tersebut terkoreksi 8 persen yoy dari sebelumnya US$750,47 juta.
Perolehan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Adaro Energy mencapai US$71,47 juta pada kuartal I/2021. Raihan laba bersih itu turun 27,19 persen yoy dari US$98,17 juta per Maret 2020.

Dari sisi operasional, produksi batu bara pada kuartal I/2021 turun 11 persen yoy menjadi 12,87 juta ton, sedangkan penjualan batu bara juga turun 13 persen yoy menjadi 12,59 juta ton.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini