Asuransi Bertumbuh, Investasi AXA Financial Indonesia Fokus di SBN dan Reksa Dana

Bisnis.com,06 Mei 2021, 16:19 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Ilustrasi Maestro Infinite Protection, produk asuransi dari PT AXA Financial Indonesia, bagian dari AXA Group. /Dok. AXA Financial Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — PT AXA Financial Indonesia mencatatkan pertumbuhan porsi produk asuransi kesehatan dan asuransi jiwa tradisional selama pandemi Covid-19. Hal tersebut memengaruhi komposisi investasi perseroan, khususnya di surat berharga negara (SBN) dan reksa dana.

Chief Financial Officer AXA Bukit Rahardjo menjabarkan bahwa sepanjang 2020, perseroan membukukan premi Rp1,3 triliun atau melambat 4,8% (year-on-year/yoy) dari sebelumnya Rp1,37 triliun. Menurutnya, capaian itu cukup terjaga di tengah kondisi ekonomi yang sangat tertekan akibat pandemi Covid-19.

Di tengah kondisi itu, terjadi perubahan komposisi premi AXA pada 2020. Komposisi asuransi kesehatan dan asuransi jiwa tradisional terus meningkat, hingga mencakup 71% dari total premi atau berkisar Rp929,3 miliar.

Pada 2020, komposisi asuransi kesehatan AXA mencapai 48% dari total premi atau berkisar Rp628,3 miliar, naik dari 2019 yang komposisinya sebesar 49%. Adapun, pada 2020, komposisi asuransi jiwa tradisional mencapai 23% atau sekitar Rp301,05 miliar, tumbuh dari 2019 dengan komposisi 18%.

Naiknya komposisi kedua lini bisnis itu membuat porsi produk unit-linked AXA berkurang. Pada 2019, komposisi unit-linked yang mencapai 35% dari total premi berkurang pada 2020 menjadi 29%.

"Portofolio kesehatan dan produk tradisional merupakan sesuatu yang kami banggakan, itu memerlukan manajemen aset yang khusus, yang prudent," ujar Bukit saat menjawab pertanyaan Bisnis dalam media briefing AXA Financial Indonesia, Kamis (6/5/2021).

Menurutnya, komposisi produk itu turut memengaruhi keputusan investasi AXA, khususnya dalam instrumen SBN dan reksa dana. Kedua instrumen itu tercatat paling dominan, dari total investasi AXA pada 2020 senilai Rp5,8 triliun.

Pada 2020, penempatan investasi di SBN tercatat senilai Rp2,42 triliun atau mencakup 41,7% dari total investasi. Jumlahnya meningkat dari posisi 2019 senilai Rp2,06 triliun yang mencakup 36,2% dari total investasi saat itu.

Adapun, pada 2020, penempatan investasi di reksa dana tercatat sebesar Rp2,47 triliun atau mencakup 42,6% dari total investasi. Jumlah tersebut menurun dari posisi 2019 senilai Rp2,8 triliun atau 49,6% dari total investasi, tapi terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhinya, termasuk pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Sementara itu, instrumen investasi lainnya mencatatkan komposisi yang relatif lebih kecil, seperti deposito yang mencakup 8,6% (Rp500,3 miliar) dari total investasi, obligasi korporasi 4,2% (Rp244,6 miliar), dan saham 1,6% (Rp95,3 miliar).

"Fokus investasi kami ke SBN dan reksa dana, sedikit banyak dipengaruhi oleh portofolio kami. Namun, terlepas dari itu, kami ingin memberikan manajemen aset yang cukup prudent sehingga memfokuskan pada obligasi pemerintah dan reksa dana," ujar Bukit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini