Tembaga Cetak Rekor Harga Tertinggi Sepanjang Sejarah, Tembus US$10.400

Bisnis.com,10 Mei 2021, 11:23 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Tembaga./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah seiring dengan optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi global mendorong lonjakan permintaan pada komoditas.

Dilansir oleh Bloomberg pada Senin (10/5/2021), harga tembaga di London Metal Exchange (LME) berhasil menembus level tertinggi yang dicatatkan pada 2011 lalu.

Harga komoditas yang dijuluki sebagai kompas perekonomian dunia tersebut sempat melesat hingga US$10.440 per ton sebelum tiba pada US$10.417 per ton.

Rekor harga tersebut tercipta bahkan setelah munculnya rilis data ketenagakerjaan AS yang mengecewakan.

Adapun, tembaga menjadi bintang utama dalam reli harga yang terjadi pada beragam komoditas bahan mentah, mulai dari kayu hingga bijih besi. Gelontoran stimulus dan distribusi vaksin virus corna yang terus berlangsung semakin meningkatkan prospek pemulihan permintaan yang akan menyebabkan kelangkaan pasokan.

Selain itu, proses peralihan ke sumber energi terbarukan akan turut berperan dalam reli harga tembaga jangka panjang. Kendati demikian, minimnya pembukaan tambang tembaga juga berpotensi memicu terjadinya defisit pasokan.

Sejumlah pihak, mulai dari bank-bank besar dan pedagang komoditas seperti Trafigura Group juga telah mengeluarkan proyeksi harga tembaga yang cukup tinggi. Trafigura memprediksi harga tembaga dapat menembus US$15.000 per ton dalam 1 dekade mendatang.

Di sisi lain, lonjakan harga bahan mentah turut memicu kekhawatiran terhadap kenaikan inflasi dan memunculkan pertanyaan terkait respon dari bank sentral. The Federal Reserve (The Fed) menyebutkan, kenaikan biaya bahan baku ini hanya bersifat sementara.

Analis TD Securities Ryan McKay mengatakan pergerakan harga tembaga akan terdampak apabila inflasi memicu pengetatan kebijakan moneter.

“Meski demikian, laporan ketenagakerjaan di AS yang mengecewakan juga mengindikasikan perekonomian belum berada pada level yang optimal,” jelas McKay dikutip dari Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini