Sektor Teknologi Seret Wall Street di Tengah Kekhawatiran Laju Inflasi

Bisnis.com,11 Mei 2021, 03:48 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman

Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham sektor meyeret bursa saham Amerika Serikat ke zona merah pada perdagangan Senin (10/5/2021), menyusul melonjaknya harga komoditas yang memicu kekhawatiran terhadap laju inflasi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,1 persen ke level 34.742,82, sedangkan indeks S&P 500 melemah 1,04 persen ke level 4.188,43. Indeks Nasdaq Composite ditutup merosot 2,55 persen ke 13.401,86.

Indeks Nasdaq melemah di tengah meningkatnya kecemasan atas inflasi, yang dapat mengancam pendapatan jangka panjang dari sektor ini. Tesla dan Apple termasuk di antara penurunan terbesar.

Dow Jones Industrial Average sempat mencapai 35.000 untuk pertama kalinya. Tolok ukur S&P 500 turun dari level tertinggi sepanjang masa. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS naik tipis karena investor bersiap untuk minggu lelang yang sibuk.

“Di tengah rekor tertinggi baru, ingatlah bahwa pasar tidak hanya bergerak ke satu arah,” kata direktur pelaksana produk perdagangan dan investasi di E*Trade Financial Chris Larkin, seperti dikutip Bloomberg.

"Meskipun  pemulihan ekonomi penuh mungkin sudah diperhitungkan, data ketenagakerjaan yang lemah untuk sementara waktu dapat meredakan kekhawatiran tentang inflasi yang terlalu panas dan perlunya kenaikan suku bunga acuan untuk mengimbanginya," lanjut Larkin.

Sementara itu, harga tembaga melonjak ke rekor tertinggi, sedangkan bijih besi berjangka melonjak lebih dari 10 persen, menambah kekhawatiran terhadap inflasi. Minyak mentah WTI berfluktuasi setelah serangan dunia maya memaksa penutupan pipa utama AS. Operator diperkirakan dapat membuka kembali pada akhir pekan.

Lonjakan bahan baku memperparah perdebatan menjelang laporan CPI AS pada Rabu yang diperkirakan akan menunjukkan tekanan harga pada bulan April.

Data tersebuyt akan diawasi ketat oleh pembuat kebijakan di Federal Reserve yang mencoba mengukur kecepatan pemulihan setelah pertumbuhan tenaga kerja berada di bawah proyeksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini