Kuartal I, Penjualan Rumah Siap Huni Melonjak, Inden Tertekan

Bisnis.com,12 Mei 2021, 09:59 WIB
Penulis: M. Syahran W. Lubis
Ilustrasi proses pembangunan perumahan di Tangerang, Banten./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sejak 1 Maret 2021 berdampak positif bagi penjualan rumah siap huni di Jabodebek dan Banten, menurut hasil riset Indonesia Property Watch (IPW).

CEO IPW Ali Tranghanda mengemukakan hal itu tergambar dari peningkatan penjualan hingga 661 persen selama kuartal I/2021 meskipun kebijakan ini baru berjalan 1 bulan.

“Beberapa pengembang besar yang memiliki rumah ready stock penjualannya meningkat. Sebagian pengembang mempercepat pembangunan rumahnya melalui unit precast untuk mengejar batas waktu siap huni sampai 31 Agustus 2021,” ungkapnya pada Rabu (12/5/2021).

Namun, menurut dia, harus dicermati bahwa peningkatan yang terjadi pada hunian ready stock ini tidak terjadi pada penjualan rumah inden yang justru menurun 4,9 persen sepanjang 3 bulan pertama tahun ini dengan 16,3 persen dari total penjualan berasal dari unit siap huni.

Ali menambahkan pergerakan pasar properti masih bervariasi dan belum membentuk pola yang stabil. Pertumbuhan unit terjual di segmen harga lebih dari Rp2 miliar cukup tinggi sebesar 238,5 persen yang menyebabkan komposisi unit terjual pada kuartal I/2021 juga naik dari 1,5 persen menjadi 4,6 persen.

Meskipun demikian, lanjutnya, jumlah unit terjual masih didominasi rumah di segmen harga di bawah Rp1 miliar.

Dari sisi nilai penjualan, kata Ali, sepanjang 3 bulan pertama tahun ini pasar perumahan Jabodebek-Banten mengalami perlambatan, meskipun masih bertumbuh 7,2 persen quarter-to-quarter (qtq).

Sementara itu, dari pertumbuhan unit terjual pada pada kuartal I/2021 tumbuh 10,9 persen qtq atau lebih tinggi dari pergerakan nilai penjualan.

Pada periode yang sama harga rata-rata unit terjual menurun penurunan 3,4 persen qtq menjadi Rp654.470.103 dengan kenaikan tertinggi terjadi di Jakarta sebesar 28,4 persen, diikuti Depok 12,2 persen, Bekasi 6,9 persen, dan Cilegon 3,9 persen.

Sedangkan penurunan harga rata-rata terjadi di Serang yang turun 19,2 persen, Tangerang dan sekitarnya turun 8,1 persen, dan Bogor turun 0,7 persen.

Tren Harga Rata-rata

Selanjutnya, dari sisi pasar wilayah, berdasarkan unit terjual, wilayah Serang tumbuh tertinggi, meski secara nilai penjualan wilayah ini mengalami penurunan yang menggambarkan pergeseran pasar kee segmen lebih rendah.

Berdasarkan nilai penjualan, wilayah Jakarta membukukan kenaikan nilai tertinggi, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan unit terjual. Hal ini, menurut Ali, menggambarkan pergeseran unit terjual ke segmen yang lebih besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini