Startup Ramai-Ramai Incar Fintech Pembiayaan, Karena Bikin Cuan?

Bisnis.com,12 Mei 2021, 20:51 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Penyelenggara layanan pembiayaan digital, baik berlisensi fintech peer-to-peer (P2P) atau multifinance, bakal dilirik perusahaan berbasis teknologi untuk digandeng, bahkan dicaplok.

Direktur Utama PT Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengungkap bahwa ini disebabkan karena potensi monetisasi dan profit dari layanan kredit digital, merupakan yang paling mudah dicapai dalam jangka pendek-menengah.

Oleh sebab itu, fenomena banyak startup-startup teknologi mengincar fintech pembiayaan menjadi bagian grup atau menggandengnya sebagai penyedia layanan finansial merupakan keniscayaan.

"Memperluas layanan itu sekaligua menjaring potensi profit dari bukan cuma satu lini bisnis. Sebagai contoh, misalnya sekadar startup e-commerce itu monetisasinya susah, makanya mereka kolaborasi dengan lembaga keuangan dan mengincar mereka, buat ikut menggelar financial services," ujarnya dalam diskusi bersama media, dikonfirmasi Bisnis, Rabu (12/5/2021).

Sebagai contoh, baru-baru ini LinkAja, platform teknologi finansial (fintech) pembayaran dan dompet digital pelat merah besutan PT Fintek Karya Nusantara resmi mengakuisisi fintech peer-to-peer (P2P) lending PT iGrow Resources Indonesia (iGrow).

Adapun, Cermati Fintech Group (CFG), yang dikenal sebagai fintech aggregator lewat laman cermati.com, ternyata baru ketahuan memiliki Indodana besutan PT Artha Dana Teknologi di bawah naungannya, di samping produk lainnya, yaitu Cermati Protect yang akan berperan selaku pialang asuransi digital.

Sekadar informasi, CFG baru saja mendapatkan pendanaan baru Series C dari MDI Ventures selaku pemimpin putaran pendanaan dengan nilai US$500 juta dengan partisipasi dari Centauri Fund (Centauri) MDI-KB dan pemegang saham Grup Djarum melalui Central Capital Ventura (CCV) yang juga investor pendanaan sebelumnya.

Adapun, beberapa raksasa teknologi yang telah mapan pun melakukan hal ini sejak lama. Gojek menjalin kerja sama dengan platform P2P lending PT Mapan Global Reksa atau Findaya untuk membuat produk paylater dan GoModal miliknya.

Sementara saingan dekatnya, OVO, dikenal oleh 72 persen responden dan digunakan setidaknya oleh 28,9 persen responden survei, sebelumnya menggelar bisnis pembiayaan memanfaatkan anak usahanya sendiri di bidang P2P lending, yakni PT Indonusa Bara Sejahtera atau Taralite.

Serupa, Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amsevindo) Edward Ismawan Chamdani menilai fintech di bidang pembiayaan dibutuhkan untuk menghidupkan suatu ekosistem pengguna startup yang sudah berjalan tersebut.

"Karena bagaimana pun, skalabilitas selalu membutuhkan pendanaan, dan rata-rata ekosistem yang sudah terbentuk belum tentu bankable, sehingga peran fintech yang biasanya di P2P, akan mampu menjembatani keterbatasan ini ke ekosistem [layanan finansial] yang lebih besar," jelasnya kepada Bisnis.

VP Investment & Portfolio Kejora Ventures sekaligus Wakil Sekretaris Amvesindo Andreas Surya menyoroti bisnis pembiayaan digital memang bisnis modelnya mudah dipahami dan lebih jelas untuk mendulang profit.

"Demand karena funding gap [di Indonesia] juga cukup besar, sehingga masih ada opportunity bisnis yang bisa digapai. Namun, memang kenyataan operasionalnya tidak seindah di powerpoint. Sebab, walau pun penggunaan teknologi seharusnya bisa menjadikan operasi bisnis pembiayaan lebih mudah, banyak hal yang perlu di-tweak pada kenyataannya."

Dia menyoroti beberapa persoalan mulai dari cara-cara mengakuisi pelanggan sambil tetap menjaga praktek bisnis yang etis, misal tidak menjebak dengan promosi yang menyesatkan, mengevaluasi kelayakan kredit pelanggan, sampai cara collection, dan lain-lain.

"Karena umumnya pelanggan ini adalah masyarakat yang literasi finansialnya belum mature. Jadi, mudah menyalurkan kredit, tetapi jangan lupa menjaga kualitas kredit agar tidak banyak yang macet," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini