Trio Emiten BUMN Tambang Berharap Ketiban Rezeki Siklus Super Komoditas

Bisnis.com,17 Mei 2021, 16:30 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Proses mobilisasi batu bara dari ketinggian 15 meter - 20 meter di Anjungan Tambang Air Laya yang disediakan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) / Tim Jelajah Komoditas Bisnis Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Trio emiten pertambangan pelat merah mencetak kinerja variatif pada kuartal I/2021. Namun, saham ketiga emiten itu semakin menarik untuk dicermati seiring dengan periode siklus super komoditas yang terjadi pada tahun ini.

Pada kuartal I/2021, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) berhasil mencetak laba bersih Rp630,37 miliar, dan catatkan pertumbuhan impresif pada pos pendapatan 77,04 persen menjadi Rp9,2 triliun.

Selain itu, PT Timah Tbk. (TINS) juga berhasil berbalik untung sebesar Rp10,34 miliar, walaupun pendapatan masih terkontraksi 44,77 persen. Hanya PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang masih mencetak penurunan kinerja pendapatan dan laba bersih, yaitu masing-masing 22,01 persen dan 44,59 persen.

Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu mengatakan bahwa ketiga emiten BUMN tambang yang tergabung dalam MIND ID itu memiliki prospek cerah pada tahun ini. Hal itu didukung oleh periode siklus super komoditas yang terjadi sejak akhir tahun lalu.

Siklus super komoditas adalah periode ketika harga komoditas naik secara signifikan melebihi kenaikan reratanya yang dikarenakan melonjaknya permintaan yang tidak diimbangi penawaran.

Berdasarkan data Bloomberg, hampir seluruh harga komoditas tambang menguat signifikan sepanjang tahun berjalan 2021. Harga batu bara naik 24,09 persen, tembaga menguat 31,86 persen, nikel naik 5,86 persen, dan timah naik 45,22 persen.

“Kami optimis ketiga BUMN tambang tersebut dapat mencatatkan kinerja positif hingga akhir tahun didukung pertumbuhan volume dan tren kenaikan harga komoditas global,” ujar Dessy kepada Bisnis, belum lama ini.

Dessy meyakini kinerja PTBA berpotensi pulih pada kuartal II/2021 seiring dengan turunnya curah hujan dan masih menguatnya harga batu bara. Sementara itu, kinerja ANTM berpotensi tumbuh signifikan didukung dari produk nikel dan emas yang sedang menguat.

Di antara tiga saham BUMN tambang itu, Dessy merekomendasikan PTBA dan ANTM untuk diakumulasi beli oleh investor dengan target harga masing-masing Rp2.900 dan Rp3.230.

Secara terpisah, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan juga mengatakan bahwa kenaikan harga jual rata-rata yang akan didukung kenaikan volume produksi akan menjadi faktor utama kinerja tiga emiten BUMN tambang berpotensi moncer tahun ini.

Dia bahkan menilai kenaikan dua aspek itu bisa membuat pertumbuhan kinerja emiten BUMN tambang bukan hanya bersifat linear, tetapi eksponensial.

“Namun, hasil kinerja kuartal I/2021 tidak begitu memuaskan sehingga terlihat adanya inlinear dan inkonsistensi performa keuangan dengan yang terjadi secara riil. Pasar menilai faktor risiko itu, sehingga sahamnya pun jadi kurang ngegas,” ujar Alfred kepada Bisnis, belum lama ini.

Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan 2021 ANTM memimpin kinerja saham tiga emiten BUMN tambang dengan menguat 29,72 persen, diikuti TINS yang naik 14,14 persen. Hanya PTBA yang secara year to date masih terkoreksi 19,57 persen.

Dia menilai ketiga saham BUMN tambang itu berpotensi melaju lebih kencang daripada pergerakannya saat ini.

Adapun, Alfred merekomendasikan beli untuk PTBA dan ANTM dengan masing-masing target price Rp2.500-Rp2.600 dan Rp3.000. Sementara itu, untuk TINS menarik untuk dijadikan trading.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini