Produksi Mobil Penerima PPnBM Turun, Indonesia Kena Krisis Cip?

Bisnis.com,17 Mei 2021, 15:50 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Ilustrasi pabrik mobil. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja produksi kendaraan roda empat sepanjang April 2021 turun 11,7 persen dibandingkan Maret. Lebih dari 80 persen volume penurunan disumbangkan oleh merek-merek penerima insentif pajak atas pembelian barang mewah atau PPnBM.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), volume produksi selama April mencapai 90.618 unit, sedangkan Maret membukukan 102.637 unit.

Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto mengungkapkan ada beberapa faktor yang menyebabkan produksi otomotif pada April mengalami penurunan. Salah satunya adalah kendala pasokan semikonduktor atau cip.

“Ada kendala di suplai bahan baku semikonduktor dan juga bulan puasa serta menjelang libur Lebaran,” ujar Jongkie saat dihubungi Bisnis, Senin (17/5/2021).

Jongkie menyebutkan kendala tersebut dialami oleh sejumlah agen pemegang merek (APM). Meski demikian, dia tidak memerinci merek mana saja yang mengalami krisis. “Iya, ada beberapa APM yang mengalami kendala suplai semikonduktor,” pungkasnya.

Merujuk data Gaikindo, ada lima pabrikan besar di Indonesia yang mengalami penurunan produksi secara bulanan. Mereka adalah Toyota, Mitsubishi Motors, Suzuki, dan Honda. Kelima pabrikan ini terdaftar sebagai merek penerima relaksasi PPnBM.

Toyota tercatat mengalami penurunan produksi sebesar 8,6 persen, atau dari 38.643 unit turun menjadi 35.573 unit. Sementara itu, produksi Mitsubishi Motor melemah 18,5 persen, Suzuki turun 17,6 persen, dan Honda mencatatkan penurunan 32,8 persen.

Bisnis telah mencoba mengonfirmasi hal tersebut kepada para APM. Namun, hingga berita ini diturunkan, para pemegang merek belum memberikan jawaban.

Krisis pasokan semikonduktor atau cip diketahui telah menghantam produsen otomotif global, dan memaksa mereka untuk menutup sementara fasilitas pabriknya.

AlixPartners, perusahaan konsultan global yang memantau pergerakan krisis semikonduktor, menganalisis bahwa fenomena tersebut dapat merugikan industri otomotif sebanyak US$110 miliar atau setara Rp1.572 triliun.

Mereka juga memperkirakan pabrikan otomotif global akan kehilangan 3,9 juta unit produksi kendaraan tahun ini. Jumlah itu mencapai 4,6 persen dari 84,6 juta kendaraan yang akan diproduksi pada 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini