Investor Pikir-Pikir Sentimen, Wall Street Melemah

Bisnis.com,17 Mei 2021, 20:55 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melemah pada awal perdagangan hari ini, Senin (17/5/2021) karena investor mempertimbangkan risiko terhadap sejumlah sentimen, termasuk inflasi dan lonjakan kasus Covid-19 di beberapa bagian dunia.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones melemah 0,35 persen ke level 34.255,72, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,32 persen ke 4.160,58 dan Nasdaq Composite melemah 0,3 persen ke 13.390,29.

Saham Discovery Inc. melonjak menyusul kesepakatan dengan AT&T Inc. untuk menggabungkan aset media.

Di sisi lain, saham NXP Semiconductors NV melemah 2,23 persen dan Peloton Interactive terkoreksi 2,42 persen.

"Ekonomi dan saham AS terus menunjukkan ketahanan yang luar biasa dalam menghadapi tantangan yang merupakan jalan keluar dari krisis besar," tulis kepala analis investasi Oppenheimer, John Stoltzfus, seperti dikutip Bloomberg.

"Dalam jangka pendek, pasar mungkin cenderung tidak memiliki arah sampai musim pendapatan Kuartal II/2021 memberikan kejelasan tentang kinerja dan panduan perusahaan," lanjutnya.

Dolar AS melemah tipis berubah sementara emas naik ke level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan.

Kekhawatiran bahwa pembuat kebijakan mungkin harus menarik kembali dukungan moneter lebih cepat dari yang diharapkan untuk meredam kenaikan inflasi telah membebani bursa saham global.

Investor minggu ini akan mengurai risalah pertemuan terakhir The Fed untuk mencari petunjung mengenai percepatan tekanan harga, dan petunjuk dari garis waktu untuk mengurangi pembelian aset.

"Gejolak pasar diperkirakan terjadi dalam waktu yang tidak pasti," ungkap Joseph Amato, kepala investasi di Neuberger Berman

"Jika ini berasal dari kekhawatiran tentang tingkat inflasi yang tinggi dan berkelanjutan, namun, kami pikir hal itu akan menghadirkan peluang untuk menambah risiko saat pembukaan ekonomi kembali dan pemulihan yang kuat meluas."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini