Cegah Krisis Iklim, IEA : Investasi Batu Bara & Migas Harus Disetop

Bisnis.com,19 Mei 2021, 13:49 WIB
Penulis: Denis Riantiza Meilanova
Ilustrasi: Asap membubung dari cerobong-cerobong asap sebuah pabrik pemanas di Jilin, China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) menilai investasi di tambang batu bara, ladang minyak, dan gas bumi perlu segera diakhiri untuk mencegah kenaikan suhu global yang berbahaya.

Dalam roadmap terbarunya, IEA menjabarkan secara gamblang apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai target net zero emissions pada 2050.

Upaya tersebut termasuk pencapaian tahunan dalam efisiensi energi harus tiga kali lipat lebih cepat dalam dekade berikutnya; instalasi panel surya harus lebih menyaingi ukuran taman panel surya terbesar di dunia, setiap harinya hingga 2030; dalam tiga dekade, peran energi fosil harus berbalik seluruhnya dari 80 persen kebutuhan global saat ini menjadi seperlima pada pertengahan abad.

“Peta jalan kami menunjukkan tindakan prioritas yang diperlukan saat ini untuk memastikan peluang emisi nol bersih pada tahun 2050, sempit, tetapi masih dapat dicapai, tidak hilang. Ini mungkin tantangan terbesar yang pernah dihadapi umat manusia,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (19/5/2021).

Untuk mencapai target tersebut, pengeluaran untuk proyek minyak dan gas baru harus segera diakhiri meskipun investasi di reservoir yang ada dapat terus berlanjut. Hal ini disampaikan dalam laporan IEA yang disiapkan untuk konferensi iklim COP26 yang dijadwalkan pada November mendatang.

Selain itu, tidak ada lagi pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru, kecuali jika disertai teknologi untuk menangkap emisi yang dihasilkan.

IEA menyatakan, penjualan mobil baru dengan mesin pembakaran internal harus berakhir pada 2035, dengan peran kendaraan listrik secara global meningkat dari 5 persen saat ini menjadi 60 persen pada 2030.

Permintaan minyak akan turun menjadi 24 juta barel per hari pada 2050 dan tidak pernah lagi melebihi tingkat hampir 100 juta barel seperti yang terlihat 2 tahun lalu.

Mengurangi emisi hingga nol bersih dianggap penting untuk membatasi kenaikan suhu global rata-rata tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius. Itu dipandang sebagai ambang kritis jika dunia ingin menghindari bencana perubahan iklim.

Namun, IEA menyebut langkah tersebut belum banyak diikuti. Janji pemerintah untuk mengurangi emisi karbon tidak cukup untuk mencapai nol bersih dalam tiga dekade mendatang dan akan menghasilkan peningkatan 2,1 derajat Celcius pada akhir abad ini.

“Kesenjangan antara retorika dan tindakan ini perlu ditutup jika kita ingin berjuang mencapai target nol bersih pada 2050,” kata IEA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Denis Riantiza Meilanova
Terkini