Pengusaha Bus: Tingkat Okupansi Naik Usai Larangan Mudik

Bisnis.com,19 Mei 2021, 17:46 WIB
Penulis: Rahmi Yati
Calon penumpang berjalan menuju bus antarkota antarprovinsi (AKAP) di area pemberangkatan terminal Pulo Gebang, Jakarta, Selasa (21/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Pasca larangan mudik 6-17 Mei 2021 berakhir, sejumlah sarana transportasi kembali dibuka untuk melayani masyarakat yang akan bepergian, salah satunya angkutan jalan atau bus penumpang.

Pemilik PO Sumber Alam Anthony Steven Hambali mengatakan dalam dua hari terakhir, sudah terjadi peningkatan penumpang dimana jumlahnya hampir sama dengan sebelum pelarangan mudik diberlakukan.

"Sudah ada peningkatan [penumpang] sejak kemarin. Kira-kira ya baru kembali ke saat sebelum pelarangan mudik. Dalam 2 hari ini, kembali ke 40 persen okupansi," katanya kepada Bisnis.com, Rabu (19/5/2021).

Dia berharap peningkatan tersebut dapat terus berlanjut demi keberlangsungan bisnis angkutan darat khususnya angkutan penumpang atau bus yang kian terpuruk di tengah pandemi Covid-19.

Terlebih, sambungnya, operasional angkutan penumpang sangat dibatasi selama periode peniadaan mudik Lebaran yang biasanya menjadi momen pengusaha bus memanen penumpang.

"Kami jalan terus setiap hari, hanya 1 - 2 unit saja dan penumpang minim sekali," imbuhnya.

Sebelumnya, dia menyebut perusahaan otobus (PO) menjadi salah satu pihak yang paling terdampak larangan mudik Lebaran 6-17 Mei 2021. Demi bertahan dari sisi bisnis, pengusaha terancam harus menjual aset hingga mengurangi karyawan.

Anthony mengaku kebijakan pemerintah yang meniadakan mudik pada Hari Raya Idulfitri 1442 H sangat berdampak terhadap bisnisnya. Menurutnya sebagai pelaku bisnis di sektor angkutan penumpang, sudah tidak ada lagi strategi yang dapat dilakukan demi bertahan di tengah keterpurukan akibat pandemi dan pembatasan pergerakan tersebut selain adanya bantuan kebijakan ekonomi dari pemerintah.

"Strateginya sudah tidak ada lagi selain penjualan aset dan pengurangan karyawan. Harus ada bantuan kebijakan ekonomi dari pemerintah," ujarnya.

Dia juga sempat mengaku terpaksa menyesuaikan tarif perjalanan demi menutupi kerugian yang ditimbulkan akibat adanya pelarangan mudik 6-17 Mei 2021.

Kebijakan peniadaan mudik, lanjutnya, tentu membuat industri tersebut mengalami penurunan penumpang. Padahal bila kondisi normal, momen mudik merupakan waktu yang dinanti lantaran perusahaan dapat memanen penumpang.

"Tentu ada penyesuaian harga [tiket], namun kami juga mengikuti kondisi pasar," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini