Bisnis.com, JAKARTA - DBS Group Holdings Ltd. dinilai memiliki modal yang cukup untuk menawar aset konsumen Citigroup Inc. di India senilai S$2,7 miliar (US$2 miliar atau setara Rp28,82 triliun) tanpa perlu mengumpulkan dana tambahan.
Hal ini disampaikan oleh Kevin Kwek, analis Sanford C. Bernstein & Co. seperti dikutip Bloomberg, Kamis (20/5/2021).
Menurutnya, analis pembelian ini bagi DBS terkait dengan istilah 'jadilah pemain besar atau pulang kampung' dalam hal ekspansi lebih lanjut di India.
Chief Executive Officer DBS Piyush Gupta bulan lalu mengatakan dia tertarik dengan aset bank AS yang dijual di negara Asia Selatan, serta di China, Taiwan, dan Indonesia.
Pengambilalihan unit Citi India akan menjadi akuisisi terbesar DBS sejak 2001, ketika perusahaan Singapura tersebut menghabiskan US$5,4 miliar untuk membeli unit Hong Kong yang sebelumnya dikenal sebagai Dao Heng Bank Group Ltd.
"Di antara aset bank AS tersebut yang akan dijual, (aset di) India menonjol sebagai 'mahkota permata'," tulis Kwek.
Dia menambahkan, bisnis kartu kredit dan kekayaannya Citibank di India akan menarik bagi setiap penawar mengingat tingkat pertumbuhan ekonomi negara dan ukuran populasi.
DBS telah berjanji untuk menghasilkan lebih banyak pendapatan di luar wilayah asalnya. Singapura masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan DBS dengan porsi sebanyak 70% dari total keuntungan DBS yang berjumlah S$4,7 miliar pada 2020, sisanya sebesar 20,4% dari Hong Kong, 3,6% dari China daratan/Taiwan, 2,2% dari Asia Selatan dan Tenggara serta wilayah lain di seluruh dunia 3,5%.
Adapun, ketika ditanya tentang minatnya pada penjualan asaet Citibank, Gupta menyatakan DBS sangat disiplin dalam akuisisi dan tidak akan terlibat dalam “hiruk pikuk penawaran”.
Citibank berencana untuk keluar dari perbankan ritel di 13 pasar di Asia, Eropa, Timur Tengah dan Afrika, sebagai bagian dari strategi oleh CEO Jane Fraser, yang mengambil alih grup tersebut pada bulan Maret.
Pada bulan April, DBS mengatakan akan membayar S$1,1 miliar untuk 13% bagian di Shenzhen Rural Commercial Bank Corp. China, dan Gupta telah menunjukkan minat untuk meningkatkan ukuran saham itu.
Analis Bernstein mengasumsikan total anggaran untuk akusisi pada tahun ini termasuk yang dihabiskan untuk bank China sebesar S$4 miliar, yang akan menurunkan rasio ekuitas umum tier 1 DBS bank menjadi 13,1%, dari 14,3% pada 30 Maret.
"Meskipun angka tersebut masih di atas persyaratan minimum regulasi, itu dapat berdampak pada pembayaran dividen perusahaan untuk tahun 2021," kata Kwek.
"Tapi agar adil, momentum pendapatan tahun ini tampak menjanjikan, dan retorika manajemen kemungkinan akan kembali nanti melalui pendapatan, dan pembayaran yang kemudian lebih tinggi," kata Kwek.
“Investor harus bertanya: apa yang menurut DBS dapat dilakukan lebih baik daripada Citi?”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel