Penjualan Unit-Linked Moncer, Kinerja Asuransi Jiwa Diyakini Optimal Tahun Ini

Bisnis.com,21 Mei 2021, 19:52 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Ilustrasi asuransi/dreamstime.com

Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi jiwa menilai bahwa kondisi bisnis tahun ini cukup prospektif, terlihat dari tumbuhnya penjualan unit-linked. Pandemi Covid-19 pun meningkatkan kesadaran masyarakat akan proteksi sehingga potensi penjualan meningkat.

Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon menjelaskan bahwa sepanjang 2020, industri mengalami penurunan premi sebesar 2,2 persen (year-on-year/yoy), yakni Rp187,59 triliun dari tahun sebelumnya senilai Rp191,8 triliun. Di sisi lain, pembayaran klaim meningkat hanya 1 persen.

Koreksi lebih besar terjadi dari sisi pendapatan yang mencapai 8,7 persen (yoy), yakni pada 2020 senilai Rp215,4 triliun atau turun dari sebelumnya Rp235,8 triliun. Menurut Budi, penurunan kinerja investasi menjadi faktor utama lesunya pendapatan industri.

Meskipun begitu, AAJI melihat adanya sinyal positif dari kinerja bisnis tahun ini. Penjualan unit-linked, yang mencakup sekitar 65 persen portofolio industri, mencatatkan pertumbuhan yang optimal sehingga membawa optimisme bagi bisnis.

"Angka kuartal I/2021 untuk pendapatan premi, khususnya dari produk unit-linked yang sedang dalam sorotan, premi kami tumbuh signifikan, double digit," ujar Budi dalam Dialog Bisnis bertajuk Menakar Prospek Industri Asuransi di Tengah Pandemi Covid-19 yang digelar Bisnis Indonesia, Jumat (21/5/2021).

Capaian itu menurutnya menunjukkan bahwa produk unit-linked masih dibutuhkan oleh masyarakat. Adanya berbagai keluhan dari sebagian nasabah tidak mengubah fakta bahwa produk asuransi itu masih diminati pasar dan terus dipahami calon nasabah.

Selain itu, Budi pun menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya proteksi. Ancaman kesehatan dari penyebaran virus corona membuat masyarakat memilih asuransi sebagai instrumen manajemen risiko jika hal yang tidak diinginkan terjadi.

Kondisi itu pun berkaitan dengan riset yang dilakukan AAJI pada 2019 terkait penggunaan layanan jasa keuangan di kalangan milenial. AAJI menemukan bahwa 88 persen generasi muda sudah melek perbankan, dari jumlah tersebut 66 persen di antaranya memiliki produk perbankan.

"Nah, 72 persen milenial itu sudah aware dengan asuransi, tapi baru 6 persen yang akhirnya memiliki asuransi jiwa," ujar Budi.

Budi meyakini bahwa jika survey itu dilakukan kembali hari ini, tingkat kesadaran dan kepemilikan asuransi di kalangan generasi muda akan meningkat karena adanya pandemi Covid-19. Terlebih, perusahaan-perusahaan asuransi semakin gencar melakukan pemasaran secara digital yang menjangkau segmen tersebut.

"Kalau survey lagi sekarang rasanya awareness akan lebih tinggi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini