Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan akan tetap mempertahankan suku bunga kebijakan pada tingkat yang rendah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hal ini mempertimbangkan perkiraan laju inflasi yang tetap rendah tahun ini, membaiknya perekonomian, serta perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Adapun, pada Rapat Dewan Gubernur 24-25 Mei 2021, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen.
“Sampai kapan? Sampai perlunya kita mendorong pertumbuhan ekonomi, sampai kemudian ada tanda-tanda kenaikan inflasi,” katanya dalam konferensi pers virtual, Selasa (25/5/2021).
Namun demikian, Perry mengatakan tanda-tanda dari kenaikan inflasi paling cepat baru akan terlihat pada awal 2022. Sementara tahun ini, tingkat inflasi diperkirakan akan berkisar antara 2 hingga 4 persen.
“Dalam konteks ini tentu saja tergantung pada seberapa cepat pemulihan ekonomi kita, termasuk kredit bank dan dampak dari ekspansi kebijakan moneter baik suku bunga maupun likuiditas terhadap inflasi,” jelasnya.
Jikapun BI memandang perlu dilakukan perubahan kebijakan, Perry menyampaikan bahwa kebijakan untuk menaikkan suku bunga acuan tidak akan menjadi opsi yang utama.
“Kami akan mulai dulu dari sisi likuiditas dan instrumen-instrumen lain sebelum mempertimbangkan suku bunga, kami akan sangat ekstra hati-hati,” jelasnya.
Dia menegaskan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, BI akan terus melanjutkan kebijakan moneter yang akomodatif, termasuk juga kebijakan makroprudensial, serta kebijakan yang terus mendorong digitalisasi sistem pembayaran dan digital ekonomi keuangan nasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel