Menteri Trenggono Ingin NTB Jadi Pusat Budidaya Lobster

Bisnis.com,28 Mei 2021, 03:00 WIB
Penulis: Rio Sandy Pradana
Ilustrasi lobster/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono berencana menjadikan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai pusat budidaya lobster nasional.

Trenggono mengakui NTB memiliki potensi budidaya perikanan yang cukup besar, khususnya untuk komoditas lobster. Dia juga sudah bertemu dengan Gubernur NTB Zulkieflimansyah untuk membahas hal-hal strategis maupun teknis dalam rangka mewujudkan Lombok sebagai pusat budidaya lobster nasional.

"Kenapa kita kembangkan di sana? Yang pertama NTB secara infrastruktur dan sumber daya manusia sudah memenuhi syarat, tinggal kita perkuat," kata Trenggono dalam siaran pers, Kamis (27/5/2021).

Dia menjelaskan sepanjang 2020, berdasarkan data Pemprov NTB, produktivitas budidaya di kampung lobster Lombok Timur mencapai 82.568 kilogram atau setara Rp41,28 miliar. Adapun, jumlah pembudidaya sekitar 147 kelompok dengan total keramba jaring apung lebih dari 8.400 lubang.

KKP memiliki dua skema program untuk mewujudkan Lombok sebagai pusat budidaya lobster nasional, yakni melalui program lobster estate atau kampung budidaya lobster. Tim KKP saat ini juga sudah berada di Pulau Seribu Masjid untuk melakukan survei sekaligus mengumpulkan data pendukung dalam menentukan program yang akan dipilih nantinya.

Trenggono menambahkan pelaksanaan program pengembangan harus sesuai dengan prinsip ekonomi biru, sehingga produktivitas tambak-tambak budidaya lobster tidak mengancam kelestarian laut Lombok yang indah dan bersih. Di samping itu, program pengembangan harus membawa berkah bagi masyarakat, baik dari sisi ekonomi maupun sosial.

"Tahun ini kita persiapan termasuk sosialisasi kepada masyarakat. Kalau kita sudah bisa menetapkan lokasi dan sebagainya, pada 2022 pembangunan dimulai," paparnya.

Sementara itu Gubernur NTB Zulkieflimansyah menjelaskan, potensi budidaya lobster di wilayah kerjanya memang belum tergarap maksimal. Yang baru tergarap bahkan tidak sampai 10 persen dari total seribuan hektare area potensial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini