Bisnis.com, JAKARTA -- Segmentasi kredit dan dana masyarakat masih sangat tinggi pada kinerja perbankan tahun ini.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan anomali kinerja perbankan masih cukup tinggi di tengah masa pandemi pada 2021.
Beberapa kelompok bank mengalami kondisi yang sangat sulit yang membuat dampak tekanan kinerja justru lebih dalam.
Dia memaparkan bank-bank besar sudah mulai mendapat pertumbuhan kinerja yang cukup baik pada pertengahan kuartal II/2021. Hal ini akan membuat pendapatan bunganya lebih baik ke depan, seiring dengan kualitas kredit masih sangat terjaga.
Pertumbuhan DPK yang signifikan pun tak lantas membuat beban dana naik, karena lebih banyak didorong oleh tabungan dan giro.
Kondisi parah justru terjadi pada bank kecil. Pertumbuhan kredit terus mengalami kontraksi dengan kualitas kredit yang masih menjadi sangat rendah akibat pandemi.
Likuiditas di segmen ini pun masih sangat sulit terlebih akibat banyak nasabah yang memilih menempatkan dana pada bank besar yang risikonya dianggap lebih rendah.
Bank kelompok ini pun menjadi sulit dalam menurunkan suku bunga simpanannya sehingga menggerus kemampuan percetakan labanya.
"Ini memang menganalisis bank menjadi lebih kompleks tidak bisa melihat secara agregat. Kesulitan itu hanya ada di bank kecil. dan persoalanya itu ada di DPK, kredit, suku bunga, dan bahkan kualitas kredit," katanya pada Minggu (30/5/2021).
Piter melanjutkan bank besar masih memiliki kesempatan yang cukup baik dalam peningkatkan pendapatan.
Margin pada penempatan surat berharga pemerintah sangat lumayan, ketimbang menyalurkan kredit dengan risiko gagal bayar yang sangat tinggi.
"Bahkan supply SBN milik pemerintah sangat besar seiring dengan kebutuhan APBN yang besar di masa pandemi. Bagi bank ini adalah penempatan yang masih cukup baik," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel