Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis asuransi kredit mulai menunjukkan penurunan klaim pada kuartal I/2021 setelah sempat mengalami lonjakan sepanjang 2020. Hal tersebut dinilai menunjukkan adanya perbaikan portofolio dari perusahaan-perusahaan penerbitnya.
Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) per kuartal I/2021, pembayaran klaim asuransi kredit tercatat mencapai Rp1,29 triliun. Jumlahnya turun hingga 41 persen (year-on-year/yoy) dari kuartal I/2020 senilai Rp2,2 triliun.
Penurunan terjadi setelah lini bisnis itu mengalami lonjakan pada 2020, khususnya di tiga kuartal saat pandemi Covid-19 melanda. Namun, turunnya klaim pada kuartal I/2021 pun sejalan dengan perolehan preminya yang melambat.
AAUI mencatat bahwa premi asuransi kredit per kuartal I/2021 sebesar Rp2,86 triliun, turun 14 persen (yoy) dari sebelumnya Rp3,32 triliun. Koreksi premi yang terjadi tidak sedalam penurunan pembayaran klaimnya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe menjelaskan bahwa capaian kinerja itu menggambarkan adanya peninjauan ulang portofolio asuransi kredit dari perusahaan-perusahaan penerbitnya.
Menurut Dody, peninjauan dilakukan karena terjadi peningkatan klaim sepanjang tahun lalu, seiring banyaknya kredit yang tersendat akibat tekanan ekonomi selama pandemi Covid-19. Pada 2020 memang terdapat kenaikan premi asuransi kredit, tetapi laju peningkatan klaimnya perlu diwaspadai.
"Perusahaan-perusahaan meninjau portofolio asuransi kredit dengan mempelajari kerja sama yang telah dilakukan antara perusahaan asuransi dengan lembaga pembiayan, bank, multifinance, dan lain-lain untuk melakukan mitigasi agar kreditur tetap mengedepankan manajemen risiko kredit dalam proses pemberian kredit," ujar Dody kepada Bisnis, Kamis (3/6/2021).
Selain itu, menurutnya, perusahaan-perusahaan asuransi umum pun mewaspadai potensi loss ratio terhadap portofolio asuransi kredit. Mereka pun dapat memutuskan kerja sama terhadap portofolio yang memiliki potensi loss ratio jelek.
Perusahaan-perusahaan asuransi pun meninjau kembali penerapan tarif premi yang sesuai dengan profil risiko. Hal tersebut dilakukan agar bisnis asuransi kredit dapat menjadi lebih sehat, berkaca dari tekanan yang terjadi selama pandemi Covid-19.
"Meninjau ulang pencatatan pencadangan premi dengan perhitungan akturia yang proper untuk memastikan bahwa premi yang diterima dapat meng-cover liabilitas ke depan," ujar Dody.
Ketua Departemen Statistik AAUI Esti Handayani menilai bahwa asuransi kredit memiliki kondisi yang agak berbeda dari lini bisnis lainnya. Pergerakan kondisi asuransi kredit tidak serta merta tercermin dari kinerja lini bisnis lainnya.
Hal tersebut karena asuransi kredit didominasi pemain-pemain besar, sehingga kinerja perusahaan-perusahaan ini mencerminkan fluktuasi lini bisnisnya di industri. Namun, kinerja kuartal I/2021 sendiri menunjukkan para pemimpin pasar itu turut melakukan peninjauan portofolio.
"Industri sedang memperbaiki profil asuransi kredit, sempat babak belur. 2020 klaim semakin meningkat, asuransi umum mulai merespon untuk memperbaiki portofolionya, terlihat pembersihan portofolio itu sendiri," ujar Esti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel