Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mendorong para penyelenggara fintech peer-to-peer (P2P) lending untuk seluas mungkin menjalin kolaborasi untuk memperoleh diversifikasi sumber pendanaan.
Seperti diketahui, platform fintech P2P lending merupakan wadah yang mempertemukan pendana (lender) dan peminjam (borrower) secara digital. Adapun, jenis lender terbagi dua, yaitu lender perorangan atau retail dan lender institusi atau super lender.
Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah berharap besar strategi ini mampu membawa industri secara signifikan ikut membantu mengurangi gap kebutuhan kredit di Indonesia yang kini mencapai Rp1.650 triliun, di mana kebutuhan sebesar Rp2.650 triliun baru terisi sekitar Rp1.000 triliun.
"Anggota AFPI tahun lalu kontribusinya Rp74 triliun, tahun ini proyeksinya Rp100 triliun. Masih jauh memang, tapi artinya, di Indonesia ini jangan tanya siapa yang mau minjam. Ada banyak. Makanya challenge kita sekarang itu lender-nya ada atau tidak. Setelah itu, harus ada diversifikasi, jangan menggantungkan dari satu-dua entitas saja," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (3/6/2021).
Menurut Kus, seiring dengan kemampuan platform memperbesar nilai penyaluran secara kuantitatif, AFPI melihat bahwa kualitas bisnis fintech P2P lending juga terlihat dari kemampuannya menjaga kepercayaan lender.
Oleh sebab itu, memiliki banyak lender retail mencerminkan platform P2P mampu diterima dan dipercaya masyarakat. Sementara memiliki super lender yang beragam, pun mengindikasikan bahwa platform tersebut dinilai prospektif dan punya kredibilitas tinggi untuk menjaga kepercayaan investor.
"Challenge AFPI itu terus mengedukasi masyarakat supaya paham dengan proses bisnis P2P lending dan akhirnya mau ikut berkontribusi menjadi lender. Bersamaan dengan ini, setiap platform juga harus bisa menjaga kepercayaan, harus punya mitigasi risiko yang baik dan memberikan imbal hasil yang sesuai. Jangan promosi terus bisa memberi imbal hasil tinggi, tapi banyak yang tidak lancar," tambahnya.
Sebagai gambaran, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri tercatat telah berhasil menggandeng 632.404 entitas lender, meningkat pesat ketimbang awal tahun yang masih sejumlah 578.907 entitas.
Berdasarkan kategori lender, jumlah lender aktif perorangan mencapai 157.180 lender retail dari lokal dan 472 lender retail dari luar negeri, yang masing-masing menyumbang pemberian outstanding Rp4,48 triliun dan Rp243,87 miliar.
Adapun, lender institusi yang menyalurkan kreditnya melalui bantuan industri P2P lending dan memiliki sumbangan outstanding per April 2021, terbesar disumbang oleh entitas badan usaha dalam negeri.
Tepatnya, 206 institusi yang masuk kategori badan hukum lain-lain Rp6,58 triliun. Disusul 98 institusi perbankan lokal terdiri dari 63 bank umum, 1 BPD, dan 34 BPR (Rp2,33 triliun), kemudian 85 institusi IKNB terdiri dari 53 multifinance, 20 modal ventura, dan 1 perusahaan asuransi (Rp1,33 triliun), serta 25 institusi koperasi (Rp579,01 miliar).
Sementara itu, institusi lender dari luar negeri yang memiliki outstanding di industri P2P lending Tanah Air, didominasi 61 institusi yang masuk kategori badan hukum lain-lain Rp4,04 triliun, disusul 8 institusi IKNB terdiri dari 1 multifinance, 4 modal ventura, dan 3 LJKNB lain-lain (Rp578,19 miliar).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel