Klaim Pengangguran Tekan Sektor Teknologi, Wall Street Melemah

Bisnis.com,03 Jun 2021, 21:26 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melemah pada awal perdagangan Kamis (3/6/2021) karena investor mencerna data ekonomi baru dan meningkatnya ketegangan geopolitik yang melibatkan Rusia dan China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,33 persen ke level 34.484,52, sedangkan indeks s&P 500 melemah 0,59 persen dan Nasdaq Composite turun 1,04 persen.

Saham teknologi menyeret indeks S&P 500 setelah data ADP menunjukkan tingkat penggajian perusahaan-perusahaan AS naik dengan laju terbesar terbesar dalam hampir setahun terakhir.

Data ini menambah kekhawatiran bahwa Federal Reserve dapat menarik dukungannya lebih cepat dari yang diperirakan.

Sementara itu, aplikasi tunjangna pengangguran turun di bawah 400,000 untuk pertama kalinya selama pandemi pada pekan lalu.

Turut memberikan sentimen negtif, Rusia mengatakan akan menghilangkan aset berdenominasi dolar dari Dana Kesejahteraan Nasional untuk mengurangi eksposur ke aset AS. Sementara itu, AS mengumumkan rencana untuk mengubah larangan investasi pada perusahaan yang terkait dengan militer China.

Dolar menguat, imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik, dan emas melemah. Sementara itu, semangat spekulatif atas AMC Entertainment Holdings Inc berlanjut setelah perusahaan mengajukan penjualan saham.

Dengan ekuitas global terkunci dalam kisaran ketat selama sebulan terakhir, investor waspada terhadap tanda-tanda bahwa bank sentral mungkin mulai menarik dukungan darurat.

Investor menantikan data nonfarm payroll dari Departemen Tenaga Kerja AS untuk menantkan tanda lain dari pengurangan stimulus bank sentral.

“Musim panas ketidakpastian sedang diperlihatkan,” ungkap kepala strategi portofolio Evercore ISI Dennis DeBusschere, seperti dikutip Bloomberg.

 “Imbal hasil obligasi treasury 10-tahun tetap berlabuh dan ada tekanan pada dolar AS, tetapi indikator utama masih kuat, kondisi kredit mudah dan volatilitas pasar tetap rendah. Latar belakang itu mendukung aset berisiko,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini