Bisnis Perbankan: BRI dan BCA Catat Kenaikan Penempatan Dana di Surat Berharga

Bisnis.com,07 Jun 2021, 07:34 WIB
Penulis: Azizah Nur Alfi
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pendapatan bunga dari surat berharga dinilai masih akan menjadi penopang kenaikan pendapatan perbankan sejalan dengan masih terbatasnya permintaan kredit. Dua bank besar di Tanah Air mengakui kenaikan penempatan dana di surat berharga masih terus mengalami kenaikan sebagai upaya bank untuk mengelola likuiditas. 

Corporate Secretary Bank PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Aestika Oryza Gunarto mengatakan saat ini likuiditas yang cukup ample akibat demand kredit yang belum pulih seutuhnya, membuat BRI perlu mengoptimalkan likuiditas di instrumen surat berharga.

Saat pandemi mulai membaik diikuti dengan aktivitas ekonomi yang mulai menggeliat serta membaiknya demand kredit, secara beriringan akan diikuti dengan pertumbuhan kredit BRI.

"Untuk other earning asset per Maret 2021 tumbuh kurang lebih 30% dibandingkan posisi Maret 2020, ditopang oleh pertumbuhan surat berharga pemerintah yang dimiliki bank (Govt Bond) yang tumbuh di kisaran Rp90 triliun," sebutnya, belum lama ini.

Dia melanjutkan, pada dasarnya BRI akan terus fokus menyalurkan kredit kepada UMKM sebagai komitmen perseroan untuk memberdayakan UMKM di Indonesia serta upaya untuk mengoptimalkan pendapatan bunga. Adapun, penyaluran kredit BRI (bank only) yang tumbuh positif sebesar 1,4% yoy pada akhir kuartal I/2021.

Terpisah, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan pada kuartal I/2021, BCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp7 triliun, tumbuh 7,0% secara tahunan (yoy).

Sejalan dengan perekonomian yang berangsur pulih dari pandemi, portofolio total kredit dan obligasi korporasi telah relatif stabil sejak Desember 2020, mencapai Rp610 triliun per 31 Maret 2021. Hal ini didukung oleh penempatan pada obligasi korporasi yang meningkat sebesar 6,9% dibandingkan posisi Desember 2020.

Selain itu, BCA mencatat dana yang diletakkan dalam surat berharga mencapai Rp208,9 triliun per Maret 2021. "Perseroan mencermati bahwa penempatan dana pada instrumen surat berharga sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan serta mendukung perekonomian nasional di tengah tantangan terkini. Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat," terangnya.

Seiring dengan dukungan likuditas BCA yang sangat memadai, didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang solid, serta mempertimbangkan imbal hasil yang baik dan instrumen yang beresiko rendah, diharapkan penempatan surat berharga BCA akan terus meningkat.

Secara industri, data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis OJK menunjukkan pendapatan bunga bank umum mampu tumbuh 0,25% yoy pada Maret 2021, setelah tumbuh negatif pada dua bulan sebelumnya.

Pendapatan bunga pada Maret 2021 sebesar Rp201,76 triliun, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp201,25 miliar. Kenaikan tersebut disumbang dari komponen surat berharga yang tumbuh 25,26% yoy dan komponen lainnya yang tumbuh 4,62% yoy.

Kenaikan pendapatan bunga dari surat berharga sejalan dengan penyaluran dana ke surat berharga yang melesat pada periode tersebut, dari Rp1.055,59 triliun menjadi Rp1.589,15 triliun. Penyaluran dana ke surat berharga naik 50,55% yoy pada Maret 2021, lebih tinggi dari pertumbuhan Januari 2021 sebesar 42,85% yoy dan Februari sebesar 46,06% yoy.

Di sisi lain, penyaluran dana ke kredit yang diberikan terkoreksi 3,88% yoy pada Maret 2021, lebih dalam dari koreksi Januari 2021 sebesar 1,90% yoy dan koreksi pada Februari 2021 sebesar 2,18% yoy.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan selama permintaan kredit masih sangat terbatas dan risiko kredit juga masih tinggi di tengah pandemi, bank akan berusaha menempatkan dananya pada instrumen surat berharga yang berisiko rendah.

Penempatan pada surat berharga akan dilakukan terutama pada Surat Berharga Negara atau instrumen moneter. Proyeksi itu senada dengan strategi sejumlah bank dalam mengoptimalkan likuiditas di tengah penyaluran kredit yang belum kencang.

"Itu akan berlangsung terus selama kondisinya belum berubah. Bank baru akan meningkatkan penyaluran kredit ketika demand kredit sudah meningkat dan risiko kredit menurun," jelasnya pada akhir pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini