Bisnis.com, JAKARTA - Calon emiten perbankan, PT Bank Multiarta Sentosa akan melepas sebagian sahamnya ke publik. Hal itu dilakukan perseroan dengan menggelar penawaran umum saham perdana dengan masa penawaran awal 7-15 Juni 2021.
Dalam aksi korporasi tersebut, Bank Mas akan melepas sebesar 15% dari modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum saham perdana, atau sebanyaknya-banyaknya sebesar 186,18 juta saham baru dengan nilai nominal Rp1.000 setiap saham.
Perseroan menawarkan sahamnya di kisaran harga Rp3.000-Rp4.000 setiap saham. Dengan begitu, nilai saham yang ditawarkan dalam penawaran umum saham perdana secara keseluruhan sebanyak-banyaknya sebesar Rp774,71 miliar.
Dana yang diperoleh dari penawaran umum saham perdana setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan digunakan untuk penguatan modal sesuai dengan POJK 12/2020 tentang konsolidasi bank umum. Perolehan dana juga akan dialokasikan untuk 85% penyaluran kredit dan 15% pengembangan digital banking.
Bank Mas merupakan bagian dari Wings Group, yang merupakan salah satu Group besar di Indonesia. Pemegang saham Bank Mas saat ini terdiri dari PT Danabina Sentana sebesar 70%, PT Multi Anekadana Sakti 25%, dan PT Halim Sakti 5%.
Lantas, apakah harga penawaran di kisaran itu tergolong murah atau mahal?
Salah satu cara untuk mengukur mahal atau murahnya sebuah saham adalah price earning ratio (PER) atau rasio harga saham terhadap laba bersih emiten.
Dengan range harga Rp3.000-Rp4.000 setiap saham, harga tersebut mewakilkan Price Earning Ratio (PER) sebesar 294,12 kali - 392,16 kali. PER menunjukkan perbandingan harga saham terhadap laba per saham yang dibukukan oleh perseroan. Bank Mas mencatatkan laba per saham di 2020 sebesar Rp10,20.
Selain PER, ada pula cara price to book value (PBV) atau rasio harga saham terhadap nilai buku. Dengan harga penawaran tersebut, PBV perseroan sekitar 4,36 kali - 5,81 kali. PBV dihitung dengan membagi harga saham di pasar dengan nilai buku per saham. Nilai buku per saham dapat dihitung dengan membagi jumlah ekuitas dengan jumlah saham beredar.
Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai dengan rasio PBV di level 4,35 kali, harga yang ditawarkan termasuk mahal. "PBV 4,35 kali mahal juga. Normally bank konvensional di bawah itu," terangnya, Senin (7/6/2021).
Dari sisi prospek usahanya, Bank Mas diuntungkan dengan keberadaan grup besar yang memberikan peluang basis pelanggan. Namun, menurutnya, itu saja belum cukup untuk mencetak pertumbuhan yang lebih tinggi lagi.
"Peluang yang ada itu kan harus dimonetisasi jadi bisnis. Di situ tantangannya. Kalau bisa berarti berhasil," imbuhnya.
Senada, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai harga saham yang ditawarkan tergolong tinggi. Apalagi, labanya tertekan dalam dua tahun terakhir. Laba periode berjalan pada 2020 turun 8,24% yoy. Sementara laba periode berjalan tahun 2019 turun 19,35% yoy.
"Dari sisi prospek, secara grup memang besar, namun perlu dilihat komitmen dari pemilik untuk pengembangan Bank Mas serta strategi-strategi apa yang akan ditempuh sehingga dapat meyakinkan investor," imbuhnya.
Lebih lanjut, Presiden Direktur PT BCA Sekuritas Mardy Susanto mengatakan dalam menentukan harga penawaran pihaknya mengutamakan harga pasar wajar sebagai basis valuasi nilai saham.
"Karena proses masih berjalan maka saya belum bisa memberikan banyak input mengenai animo pasar. Namun pada prinsipnya pihak manajemen dan pemegang saham perusahaan sangat mengutamakan harga pasar wajar sebagai basis valuasi nilai saham. Kita tunggu pada akhir proses IPO. Semoga semua berjalan baik dan lancar," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel