Investor Tunggu Data Inflasi AS, Harga Emas Stabil

Bisnis.com,08 Jun 2021, 11:25 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas terpantau stabil seiring dengan sikap investor yang menanti rilis data inflasi AS untuk memberikan kejelasan terhadap prospek tapering yang akan dilakukan bank sentral AS, The Fed.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (8/6/2021), harga emas tidak banyak berubah pada level US$1.889,42 per troy ounce. Pekan lalu, harga logam mulia sempat mencapai US$1.916,64 per troy ounce, atau kenaikan harian tertinggi sejak 8 Januari lalu.

Harga emas naik 1,5 persen selama dua hari terakhir seiring dengan rilis data ketenagakerjaan yang menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS. Investor mencerna komentar Menteri Keuangan AS, Janet Yellen yang mengatakan bahwa kondisi suku bunga acuan yang tinggi akan menjadi nilai tambah bagi perekonomian.

Harga emas bertahan di dekat level US$1.900 di tengah peredebatan terkait inflasi dan spekulasi bahwa The Fed akan mulai mengurangi program pembelian obligasinya. 

Sejumlah peristiwa penting akan mempengaruhi pergerakan harga emas, seperti pengumuman kebijakan Bank Sentral Eropa dan rilis data indeks harga konsumen AS.

Laporan tersebut juga akan menjadi indikator perekonomian utama yang terakhir sebelum The Fed menggelar pertemuan pada 15 Juni – 16 Juni mendatang.

Edward Moya, Senior Market Analyst Oanda Corp mengatakan, apabila pasar finansial telah memasuki periode lesu yang umumnya terjadi pada musim panas, maka harga emas akan mengalami reli yang stabil selama beberapa bulan ke depan.

“Meski laporan inflasi pekan ini nantinya tidak menunjukkan perlambatan yang signifikan, opini pasar tidak akan berubah terhadap The Fed. Wall Street seharusnya akan melihat permintaan terhadap emas mengalami kenaikan, seiring dengan kekhawatiran terhadap inflasi dan pajak yang semakin tinggi,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini