Ramai Aksi Korporasi Grup MNC, Simak Rekomendasi Sahamnya

Bisnis.com,09 Jun 2021, 16:27 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten yang berada di bawah naungan grup konglomerasi Hary Tanoesoedibjo atau grup MNC aktif melakukan aksi korporasi sehingga membuat sahamnya makin menarik untuk dicermati.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, sebanyak 6 dari 9 saham emiten grup MNC yang melantai di bursa berhasil bertahan di zona hijau sepanjang tahun berjalan 2021.

Penguatan dipimpin oleh PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) yang menguat hingga 720 persen secara year to date. Kemudian, disusul oleh PT MNC Investama Tbk. (BHIT) yang naik 116,67 persen, dan PT MNC Kapital Indonesia Tbk. (BCAP) yang naik 49,63 persen.

Selain itu, saham PT MNC Land Tbk. (KPIG) juga naik 22,64 persen, PT MNC Studios International Tbk. (MSIN) menguat 8,38 persen, dan PT Global Mediacom Tbk. (BMTR) yang naik 4,83 persen.

Sementara itu, koreksi saham dipimpin oleh saham PT MNC Sky Vision Tbk. (MSKY) terkoreksi 24,53 persen, saham T Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) melemah 12,72 persen, dan saham PT MNC Vision Network Tbk. (IPTV) turun 12,2 persen.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan bahwa pergerakan saham-saham grup MNC dalam beberapa perdagangan terakhir ditopang oleh sentimen aksi korporasi yang dilakukan.

Aksi korporasi itu seperti KPIG yang mengumumkan akan mengajak investor baru untuk membangun proyek KEK MNC Lido City melalui skema private placement, peluncuran platform Motion Banking besutan BABP, hingga terbaru kongsi terbaru antara IPTV dengan Migo Tv.

“Namun, karena penguatan harga sahamnya terlalu signifikan, jadi tingkat resikonya ikut meningkat. Prospek bagus tetapi baru sebatas aksi korporasi, belum tercermin dari kinerja laporan keuangannya,” ujar William kepada Bisnis, Rabu (9/6/2021).

William pun merekomendasikan MNCN untuk diakumulasi oleh investor dibandingkan dengan saham-saham grup MNC lainnya karena dari sisi likuiditas saham yang lebih aman.

Sementara itu, dia merekomendasikan hold dan sell on strenght untuk saham lainnya karena secara tingkat risiko lebih tinggi.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini