Ternyata Limbah Makanan Indonesia Capai 48 juta Ton per Tahun

Bisnis.com,09 Jun 2021, 11:26 WIB
Penulis: Newswire
Petugas UPK Badan Air Dinas LH DKI Jakarta mengevakuasi sampah seberat 144 meter kubik dari Kali BKB Season City, Tambora, Jakarta Barat, Senin (8/2/2021)./Antararn

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyatakan limbah makanan yang terbuang atau food loss and waste di Indonesia selama 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram per tahun.

Suharso mengatakan data tersebut merupakan hasil analisis dari kolaborasi antara Pemerintah Indonesia dengan Foreign Commonwealth Office dari Inggris mengenai food loss and waste di Indonesia selama 20 tahun terakhir.

“Tentu ini menimbulkan dampak dari aspek lingkungan, timbulan tersebut menghasilkan emisi total gas rumah kaca yang mencapai 1.702,9 Mega ton CO2-ek,” katanya, dikutip dari Antara, Rabu (9/6/2021).

Selain itu, lanjut Suharso, food loss and waste tersebut juga berdampak pada ekonomi yang mencapai Rp213 triliun-Rp551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5 persen Produk Domestik Bruto Indonesia.

Sementara itu jika dilihat dari sisi sosial, Indonesia kehilangan kandungan energi yang setara dengan porsi makan 61 juta hingga 125 juta orang atau 29-47 persen populasi.

Laporan dari The Global Hunger Index menyatakan indeks kelaparan Indonesia menduduki peringkat moderat (sedang) setelah 5 tahun berturut-turut masuk dalam kategori serius.

Suharso mengatakan permintaan terhadap kebutuhan pangan tinggi tetapi ketersediaan pangan terbatas akibat pembatasan mobilitas selama pandemi Covid-19. Karena itu, dia menyebut identifikasi food loss and waste diperlukan untuk merencanakan dan mengembangkan upaya untuk memperkecil jarak tersebut.

“Pemerintah Indonesia telah memperkuat komitmennya melalui kebijakan pembangunan rendah karbon yang tercantum dalam berbagai peraturan termasuk dalam rencana pembangunan menengah nasional 2020-2024,” ujarnya.

Ia menyatakan Indonesia berkomitmen mengurangi dan melakukan penanganan sampah, termasuk sampah makanan dengan target pengurangan 30 persen dan 70 persen untuk penanganan pada 2025. Hal itu dilakukan melalui kebijakan dan strategi pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga.

Karena itu, kata dia, kondisi pandemi Covid-19 mendorong Indonesia untuk memanfaatkan pemulihan nasional pasca pandemi untuk membangun negara secara lebih baik dan berkelanjutan.

“Salah satunya dimulai dengan transisi bertahap dari ekonomi konvensional menjadi ekonomi sirkular termasuk di dalamnya isu food loss and waste. Ini tentu penting mengingat permasalahan sampah yang dihadapi Indonesia merupakan isu kompleks yang memerlukan penanganan secara terintegrasi,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini