Layanan Paylater Jadi Tempat Belajar Pengelolaan Arus Kas Masyarakat

Bisnis.com,09 Jun 2021, 17:35 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Layanan kredit digital berskema bayar tunda atau buy now pay later (BNPL/Paylater) diproyeksi bakal lebih banyak diterima berbagai kalangan masyarakat.

Riset perilaku konsumen oleh Kredivo bersama Katadata Insight Center tekait Paylater pada periode Maret 2021 kepada 3.560 responden di seluruh Indonesia, mengungkap bahwa literasi masyarakat terkait layanan ini telah mencapai 86 persen.

Expert Panel Katadata Insight Center (KIC) Mulya Amri menjelaskan bahwa dari 86 persen responden tersebut, indeks tingkat pengetahuan mereka pun sudah masuk dalam rata-rata sedang, tepatnya 26,3 dari 40 poin.

"Ini baik karena ternyata responden yang sama sekali belum tahu terkait paylater hanya 14 persen. Sementara yang sudah mengetahui pun tingkat pengetahuannya walaupun rata-ratanya masih termasuk kriteria sedang, sudah hampir merapat ke batas poin kategori tinggi atau 27 sampai 40 poin," jelasnya, Rabu (9/6/2021).

Adapun, terkait metode pembayaran yang dipilih oleh total responden ketika berbelanja di e-commerce, paylater digunakan oleh 25 persen. Masih di bawah dompet digital (65 persen), transfer bank (51 persen), via toko retail modern (39 persen). Namun, di atas kartu debit (11 persen) maupun kartu kredit (6 persen).

Dari para responden yang telah menggunakan layanan Paylater, riset membuktikan bahwa mayoritas melihat layanan ini memiliki keunggulan sebagai cara memenuhi kebutuhan ketika tidak memiliki dana yang cukup (69 persen) dan alternatif pembayaran cicilan selain kartu kredit (67 persen).

Selain itu, pengguna juga melihat akses kredit cepat dan mudah (58 persen), aman karena sudah diawasi otoritas (53 persen), dan pilihan pembayaran cicilan yang fleksibel (52 persen).

"Ada pula yang menganggap bunga terbilang rendah, kompatibel dengan banyak e-commerce, praktis, syaratnya mudah, tenor yang bervariasi dan panjang, keamanan data pribadi terjamin, dan punya promo menarik," tambahnya.

Terakhir, dari para pengguna layanan paylater existing, 71 persen akan terus menggunakan paylater, 18 persen menggunakannya setidaknya setiap 3-6 bulan, 8 persen masih tertarik dampai 3 bulan ke depan, dan sisanya berhenti karena punya rencana lain.

Turut hadir Ekonom dan Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira yang menjelaskan bahwa riset ini menggambarkan masyarakat Indonesia mulai mature soal layanan kredit digital.

"Kemunculan paylater ini berpengaruh ke cash management masyarakat. Bukan hanya soal pinjam uang ketika beli barang, tapi juga bagaimana manajemen, mana barang yang dibutuhkan dan kemampuan bayar nanti kalau sudah gajian. Ini memicu edukasi keuangan digital ke tingkat lanjut," jelasnya.

Bhima hanya mengingatkan bahwa terpenting edukasi terkait responsible loan harus terus digencarkan semua pihak, terutama kepada generasi senior yang belum pernah mendapatkan akses kredit. Harapannya, pengajuan kredit digital tumbuh tanpa diiringi potensi tingginya kredit macet.

Sementara General Manager Kredivo Lily Suriani sepakat bahwa kendati milenial mendominasi 80 persen pengguna Kredivo, tak menutup kemungkinan ada ruang 'generasi tua' yang bergabung bertumbuh.

Pasalnya, berdasarkan riset serupa kepada 1 juta pengguna Kredivo yang dipilih secara acak dan telah menyumbang 10 juta transaksi dari e-commerce, rata-rata jumlah transaksi kelompok umur 45 tahun ke atas justru selama pandemi lebih banyak dari generasi milenial. Ditopang karena tren meningkatnya kebutuhan belanja secara online selama kondisi pandemi, dan pendapatan bulanan yang sudah lebih besar ketimbang kebutuhan belanja.

"Ini sejalan dengan edukasi keuangan digital, penetrasi digital, penetrasi e-commerce, dan tentunya bagaimana paylater seperti Kredivo ini lebih diterima karena fungsinya sebagai digital payment. Kita tentunya antusias dan melakukan edukasi bukan cuma kepada milenial, tapi juga kepada yang lebih dewasa," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini