Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. hingga April 2021 mencatatkan akumulasi kredit yang direstrukturisasi karena pandemi Covid -19 senilai Rp227,0 triliun dengan sisa outstanding sebesar Rp185,29 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan nilai tersebut turun, di mana artinya ada Rp41,7 triliun yang sudah selesai.
"Kontribusi terbesar dari penurunan Rp41,7 triliun berasal dari pembayaran oleh nasabah sebesar Rp38,11 triliun yaitu 91 persen, sedangkan yang dihapus buku sebesar Rp771 miliar atau 1,8 persen," ujar Sunarso dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI pada Senin (14/6/2021).
Sunarso pun menjelaskan ada beberapa nasabah yang melunasi kreditnya sebesar Rp10,9 triliun dan ada juga yang membayar kewajibannya setelah mendapatkan keringanan senilai Rp12 triliun.
"Ada yang bisa menurunkan kewajiban pokok Rp 12 triliun, ada yang lunas, hidup lagi minta tambahan kredit Rp15 triliun. Ini berita baik, dari sekian triliun ada yang selesai Rp38 triliun. Dari restruktrukturisasi yang kami lakukan ada yang bisa melunasi dan melanjutkan kredit,” jelas Sunarso.
Adapun per April 2021, BRI telah menyisihkan total Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar Rp73,11 triliun dengan NPL coverage 251,39 persen.
Sisa CKPN sebesar Rp44 triliun dicadangkan untuk meng-cover loan at risk sebesar Rp256,62 triliun, sedangkan untuk probability of default sebesar 15 persen, sehingga pencadangan BRI sudah mencukupi.
"Rasio pencadangan terhadap NPL 251 persen, Kenapa BRI mencadangkan sedemikian besar? Karena masih ada loan at risk yang belum sembuh," ungkapnya.
Sunarso mengatakan khusus untuk restrukturisasi Covid-19, BRI telah mencadangkan Rp21,48 triliun pada April 2021 atau naik Rp7,9 triliun dari akhir 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel