Petani Sawit di Pasaman Barat Didorong Gunakan Pupuk Organik

Bisnis.com,15 Jun 2021, 01:04 WIB
Penulis: Newswire
Kompos salah satu jenis pupuk organik./Antara/Edo Purmana

Bisnis.com, SIMPANG AMPEK – Petani kelapa sawit di Pasaman Barat, Sumatra Barat, disarankan menggunakan pupuk organik karena keterbatasan pupuk subsidi saat ini.

"Ketersediaan pupuk bersubsidi sangat terbatas, sedangkan pupuk nonsubsidi mahal. Oleh karena itu, saya sarankan agar menggunakan pupuk organik," kata Kepala Dinas Perkebunan Pasaman Barat Edrizal di Simpang Ampek.

Dia mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik menjadi solusi bagi petani sawit saat pupuk langka dan mahal. Apalagi, ketersediaan bahan untuk membuat pupuk organik cukup tersedia, mulai dari kotoran ternak sampai pelapukan tanaman. "Kami siap memberikan pendampingan untuk bekerja sama membuat pupuk organik.”

Edrizal mengemukakan keterbatasan pupuk subsidi merupakan masalah secara nasional. "Kuota terbatas, sementara kebutuhan tinggi. Kami sudah mengajukan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) mengenai kebutuhan petani. Namun, realisasinya sangat jauh kurang."

Pada saat ini, lanjutnya, pupuk jenis urea sesuai RDKK sebanyak 47.150 ton per tahun, sedangkan kuota hanya 2.560 ton per tahun.

Selanjutnya, pupuk jenis SP36 dengan RDKK 12.850 ton/tahun alokasinya hanya  2.880 ton per tahun, pupuk ZA dengan RDKK 38.200 ton per tahun alokasinya hanya 1.851 ton per tahun, dan pupuk NPK RDKK 98.300 ton per tahun dengan alokasi hanya 1.812 ton per tahun.

"Artinya, dengan jumlah kebutuhan yang tinggi, sementara kuota yang rendah, membuat pupuk subsidi terbatas dan langka," kata Edrizal.

Dia menyebutkan secara nasional kebutuhan pupuk bersubsidi di Indonesia sebesar 23 juta ton per tahun dan baru terpenuhi sekitar 9 juta ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini