Pengumuman Suku Bunga BI Esok Dibayangi Isu Tapering Fed

Bisnis.com,16 Jun 2021, 07:49 WIB
Penulis: Maria Elena
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) dijadwalkan akan merilis hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulan Juni pada esok, Kamis (17/6/2021).

Konsensus dari 29 riset ekonom yang dikumpulkan Bloomberg meyakini dewan gubernur BI akan menahan suku bunga bulan ini.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan bank sentral akan memilih untuk menahan suku bunga acuan kendati masih memiliki ruang untuk melanjutkan pelonggaran.

“Kalau menurut saya mereka akan menahan, walaupun ada ruang untuk menurunkan. Tetapi sejauh ini saya lihat indikasinya on-balance lebih kepada menahan,” kata dia kepada Bisnis, Selasa (15/6).

Menurutnya, kebijakan suku bunga yang longgar oleh BI masih sangat dibutuhkan saat ini untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional. Terlebih, kondisi ekonomi perlahan mulai pulih, sehingga BI perlu untuk menjaga momentum.

Jika suku bunga acuan dipaksakan turun, maka hal tersebut akan berdampak pada tidak terkendalinya tingkat inflasi.

“Karena indikator ekonomi membaik, jadi dosisnya kalau terlalu berlebihan, pengaruhnya bisa ke inflasi nanti ke depannya,” ujarnya. Dia menambahkan, kunci dari keleluasaan bank sentral dalam meramu kebijakan moneter dan makroprudensial adalah pengendalian wabah Covid-19.

Selama pemerintah berhasil mengadang penyebaran virus Corona, maka bank sentral bakal lebih fleksibel untuk mengutak-atik kebijakan suku bunga acuan.

Adapun, bayang-bayang tapering off yang akan dilakukan Federal Reserve AS akan menjadi risiko yang dipertimbangkan BI. Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan bahwa risiko taper tantrum mungkin terjadi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa ekspektasi pemulihan ekonomi yang cepat dan nyata memberi dampak nyata pada naiknya inflasi Amerika Serikat (AS).

Hal tersebut membuat Negeri Paman Sam akan merespons dalam berbagai kebijakan, terutama kebijakan bank sentral, Federal Reserve, yang kemungkinan besar kembali membeli surat utangnya. Kondisi ini akan memicu pengetatan.

“Ini memicu capital outflow dari semua emerging market termasuk Indonesia. Sehingga saat terjadi spekulasi atau kekhawatiran itu, capital outflow terjadi dan menekan nilai tukar termasuk surat berharga negara atau SBN,” katanya saat rapat kerja dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (14/6/2021).

Sri Mulyani menjelaskan bahwa Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan terus melakukan pendalaman pasar keuangan.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pihaknya akan terus mencermati kemungkinan Fed melakukan tapering tahun ini.

"Perlu dicermati kemungkinan yang terjadi karena ini akan mempengaruhi aliran modal asing ke Indonesia dan negara emerging market, serta mempengaruhi stabilitas rupiah dan kenaikan yield SBN kita," tegas Perry dalam webinar BPK, Selasa (15/6/2021).

Perry juga menambahkan pihaknya dan Kementerian Keuangan akan selalu berkoordinasi melakukan stabilisasi dan memitigsi dampak pengetatan tersebut.

"Intervensi di pasar valas dan jaga agar kenaikan yield SBN tidak terlalu tinggi."

Bacaan BI sendiri, Fed baru akan mengendurkan kebijakannya pada tahun depan. Namun, perekonomian AS telah bangkit dari hantaman pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini