Wall Street Dibuka Bervariasi, Investor Cenderung Hati-hati

Bisnis.com,16 Jun 2021, 21:15 WIB
Penulis: Farid Firdaus
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham di Wall Street dibuka bervariasi pada perdagangan Rabu (16/06/2021), lantaran para investor yang cenderung berhati-hati sebelum keputusan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed diumumkan.

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 20.30 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka mendatar namun tak lama kemudian melemah 0,14 persen ke posisi 34.252,62, sementara indeks S&P 500 menguat tipis 0,02 persen ke level 4.247,24, dan indeks Nasdaq menguat 0,17 persen ke posisi 14.097,42.

S&P 500 terpantau berfluktuasi antara menguat dan melemah, dengan sektor utilitas dan teknologi yang naik, sementara saham energi dan keuangan berada di zona merah. Fluktuasi ini juga diikuti oleh dolar AS versus mata uang utama negara lain. Minyak mentah terus diperdagangkan mendekati level tertinggi setelah pandemi sekitar US$72 per barel.

Investor menanti pengumuman The Fed siang ini waktu AS, sehingga kekhawatiran di pasar meningkat jika para pejabat The Fed berpotensi membuat jadwal untuk mengurangi suntikan stimulus.

“Pelaku pasar mencoba untuk mendapatkan beberapa bocoran tentang apa yang akan dilakukan The Fed. Apakah Powell akan mengakui bahwa harus ada diskusi yang meruncing tahun ini?" kata Andrew Mies, kepala investasi di 6 Meridian, mengutip Bloomberg.

Dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat tahun ini, Gubernur The Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan diskusi tentang pengurangan stimulus moneter. Kemudian, pejabat The Fed bisa meletakkan dasar untuk kenaikan suku bunga pascapandemi pertama segera setelah 2023.

Andrew Sheets, kepala strategi lintas aset di Morgan Stanley mengatakan, pihaknya berharap The Fed menyusun kembali apa yang disebut dot plot untuk memproyeksikan lebih awal tanggal untuk kebijakan pada 2023.

“Kebijakan yang lebih longgar pada hari ini menunjukkan kebijakan yang lebih ketat di masa depan, lalu imbal hasil obligasi jangka panjang akan naik,” kata Andrew.

Pada bagian lain, pemerintah China telah memerintahkan perusahaan negara tersebut untuk mengurangi eksposur komoditas luar negeri guna mengendalikan lonjakan harga bahan baku. Adapun, harga Bitcoin turun di bawah US$40.000, lebih rendah dari level penutupan tertinggi sejak Mei 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini