Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan tapering off oleh Federal Reserve atau The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), baru akan dilakukan pada kuartal pertama 2022.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan kondisi inflasi yang meningkat tinggi di AS bersifat temporer. Tekanan inflasi secara fundamental diperkirakan baru akan terjadi pada 2022 dan 2023.
Di samping itu, tingkat penangguran di AS pun masih tinggi sekitar 4,5 persen, di atas target yang ditetapkan sebesar 3,6 persen.
Perry mengatakan, kedua indikator tersebut, tingkat inflasi dan seberapa cepat pemulihan ekonomi sehingga menurunkan angka pengangguran menjadi penting dalam menentukan kebijakan moneter ke depan.
“Memang kami melihat tapering the Fed tidak akan terjadi tahun ini, kami akan pantau dari waktu ke waktu jika ada indikator baru yang mendorong perubahan,” katanya dalam konferensi pers virtual, kamis (17/6/2021).
Perry pun menyampaikan bahwa the Fed berdasarkan pernyataannya akan tetap akomodatif dalam menjalan kebijakan moneter.
The Fed memandang masih terlalu dini untuk melakukan pengurangan strimulus moneter, sehingga kebijakan untuk membeli surat-surat berharga akan tetap dilanjutkan hingga terdapat perkembangan yang substansial terkait inflasi dan tenaga kerja.
“Sampai yang kami pahami tapering the Fed baru akan dilakukan tahun depan. Tapering artinya pengurangan pembelian surat berharga oleh the Fed, kemudngkinan akan dilakukan pada triwulan I/2022,” jelasnya.
Perry juga memperkirakan peningkatan suku bunga oleh the Fed baru akan dilakukan pada 2023 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel