Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatat sejumlah sektor sudah mulai pulih dari dampak pandemi.
Hal ini sejalan dengan peran aktif BNI melakukan pemulihan ekonomi nasional dengan merestrukturisasi kredit yang terdampak Covid-19.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkapkan perseroan mencatat beberapa debitur di sektor perantara keuangan serta pertambangan dan penggalian sudah mulai dari pandemi.
Sementara itu, sektor konstruksi, listrik, gas, air, akomodasi, perdagangan, pertanian, masih dalam proses pemulihan. Adapun sektor yang masih belum pulih yaitu jasa-jasa transportasi perhotelan pergudangan.
"Kami akan terus melakukan pemantauan debitur pada saat ini sehingga kami rutin untuk memantau fisikal kondisi dari debitur itu," paparnya dalam rapat dengan pendapat dengan Komisi XI DPR, Kamis (17/6/2021).
Adapun, akumulasi restrukturisasi atas kredit terdampak Covid-19 sejak pandemi Maret 2020 hingga Mei 2021 senilai Rp123 triliun kepada lebih dari 187.000 debitur. Sementara pada posisi Mei 2021, outstanding restrukturisasi sudah menurun menjadi Rp82 triliun.
Restrukturisasi dilakukan kepada debitur UMKM dan nonUMKM. Pada UMKM, akumulasi restrukturisasi kredit sekitar Rp35 triliun kepada lebih dari 112.000 debitur. Dan saat ini outstanding restrukturisasi sudah menjadi Rp21,1 triliun.
Sementara pada nonUMKM, akumulasi restrukturisasi kredit sebesar Rp87,6 triliun kepada 74.000 debitur. Dan outstanding saat ini sebesar Rp61,1 triliun.
"Jadi, dapat kami sampaikan bahwa upaya restrukturisasi BNI telah memberikan hasil positif kepada keberlangsungan usaha para debitur baik UMKM maupun nonUMKM. Jadi, trennya mulai membaik," terang Royke.
Royke memerinci restrukturisasi paling banyak dilakukan di sektor perhotelan, restoran, perdagangan, yakni sekitar 27,3 persen. Sebab, sektor itu yang paling terkena dampak Covid-19.
BNI juga melakukan restrukturisasi di sektor konsumsi sekitar 14,9 persen karena melambatnya pertumbuhan jumlah proyek di tengah pandemi. Sektor jasa-jasa juga direstrukturisasi karena terkena imbas penurunan omzet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel