Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Bank Ina Perdana Tbk. berhasil terbang tinggi menyentuh level Auto Reject Atas (ARA) pada sesi I perdagangan Senin (21/6/2021), di tengah koreksi IHSG.
Hingga akhir sesi I pukul 11.30 WIB, IHSG turun 0,72% atau 43,32 poin menjadi 5.963,8.
Adapun, saham BINA tercatat melesat 25% ke level harga Rp3.850 per saham pukul 10.41 WIB. Hingga akhir sesi I, harga saham BINA bergerak di rentang Rp3.180-Rp3.850 dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 15,83 juta dan nilai transaksi Rp58,89 miliar.
Dengan kenaikan tersebut, kapitalisasi pasar Bank Ina menjadi Rp21,77 triliun. Dalam sepekan terakhir, saham Bank Ina sudah naik 104,79%.
Pada perdagangan hari sebelumnya, saham BINA langsung ngegas di awal perdagangan selama dua hari beruntun. Pada perdagangan 17 Juni 2021, harga sahamnya berakhir di level Rp2.470 atau naik 24,75%. Pada hari berikutnya yakni 18 Juni 2021, harga sahamnya juga naik 24,70% ke level Rp3.080.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai harga saham Bank Ina yang terbang tinggi sama halnya dengan kenaikan harga signfikan pada saham bank-bank mini yang akan bertransformasi ke digital.
"Sepertinya begitu, terkait rights issue dan rencana proyek digital Bank Ina. Karena secara umum tren saham sedang turun akibat kekhawatiran lockdown akibat corona," terangnya, Senin (21/6/2021).
PT Bank Ina Perdana Tbk. memang sedang bersiap melakukan ekspansi dengan memacu proses digitalisasi layanan. Bahkan, Bank Ina siap merilis produk digitalnya sebelum akhir tahun ini.
Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu mengatakan perseroan telah memiliki rencana ekspansi untuk meningkatkan kinerja perseroan. Bank Ina akan mempercepat proses digitalisasi. Hal tersebut dilakukan melalui aksi rights issue yang perolehan dananya digunakan untuk pengembangan teknologi infrastruktur untuk proses digitalisasi.
Di samping itu, perseroan akan melakukan penambahan beberapa kantor cabang. Penambahan kantor cabang meliputi wilayah Jakarta berupa kantor cabang pembantu, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera.
"Ekspansi Bank Ina pada saat submit RBB pada November 2020 akan revisi pada Juni ini, untuk mempercepat proses digitalisasi di Bank Ina," terangnya dalam penyampaian hasil public expose pada 16 Juni 2021.
Daniel melanjutkan perseroan telah menyiapkan tim untuk proses digitalisasi ini. Targetnya, produk-produk digital dapat diluncurkan kepada masyarakat sebelum akhir tahun ini.
Produk digitalisasi yang paling utama adalah bisa diakses oleh nasabah tanpa tatap muka dengan pegawai bank. Di samping itu, produk funding seperti penempatan deposito dan tabungan, serta transaksi digitalisasi untuk segmen mikro.
"Untuk realisasi dari pada digitalisasi yang kami harapkan sampai akhir tahun ini sudah dapat launching produk-produk baru tentunya dengan kecepatan izin dari regulator," imbuhnya.
Daniel menambahkan rencana digitalisasi bank hanya memberikan pelayanan yang berbasiskan digital, bukan sebagai bank digital. Sehingga Bank Ina tidak memerlukan izin khusus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel