IHSG Ngegas Naik 1,5 Persen, Investor Asing Malah Lepas Saham BBRI & BBCA

Bisnis.com,22 Jun 2021, 15:06 WIB
Penulis: Ika Fatma Ramadhansari
Karyawan melintasi layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat signifikan pada perdagangan hari ini, Selasa (22/6/2021), meskipun investor asing cenderung keluar.

Pada saat preopening, IHSG naik 0,17 persen atau 10,41 poin menjadi 6.006,66. Dari seluruh saham Indeks LQ45, sejumlah 31 saham naik, 1 saham melemah, dan 13 stagnan.

Hingga pukul 11.30 WIB atau akhir sesi I, IHSG naik 1,51 persen atau 90,69 poin menjadi 6.086,95. Terpantau 321 saham menguat, 182 saham melemah, dan 120 saham stagnan.

Sampai akhir perdagangan pukul 15.00 WIB, IHSG naik 1,53 persen atau 91,59 poin menuju 6.087,84. Sepanjang hari ini, indeks bergerak di rentang 6.006,66-6.118,86.

Sejumlah 340 saham naik, 178 saham turun, dan 117 saham stagnan. Jelang penutupan, total transaksi mencapai Rp11,54 triliun dengan aksi jual bersih atau net sell investor asing Rp436,7 miliar.

Saham BBRI menjadi yang paling banyak dilego asing dengan net sell Rp69,7 miliar. Selanjutnya, saham BBCA Rp65,6 miliar, BFIN Rp43,8 miliar, dan LPPF Rp42,7 miliar.

Sebaliknya, sejumlah saham masih diburu investor asing seperti BMRI dengan net buy Rp73,4 miliar, BRPT Rp29,4 miliar, INKP Rp11 miliar, dan TKIM Rp8,7 miliar.

Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menyampaikan setelah empat hari IHSG turun sebesar 92,79 poin atau 1,53 persen, hari ini indeks berpeluang menguat. 

“IHSG berpeluang terjadi pembalikan arah alias menguat didorong rebound-nya Indeks DJIA sebesar 1 76 persen, EIDO menguat sebesar 0.63 persen,” paparnya dalam publikasi riset, dikutip Selasa (22/6/2021).

Seiring dengan itu, Edwin menyampaikan beberapa harga komoditas juga mengalami rebound, diantaranya harga minyak yang naik 2,81 persen, harga emas naik 1,11 persen, nikel naik 1,78 persen, dan timah yang naik 1,05 persen. 

Di sisi lain, sebagai faktor pemberat IHSG, menurut Edwin, yaitu terdepresiasinya nilai tukar upiah dan naiknya yield obligasi tenor 10 tahun.  Selain itu makin mengganasnya amukan Covid-19 berpotensi melumpuhkan fasilitas kesehatan di beberapa kota di Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini