Berikut Fakta-fakta Unik Olimpiade Tokyo 2020

Bisnis.com,23 Jun 2021, 09:35 WIB
Penulis: Janlika Putri Indah Sari
Ilustrasi - Seorang pria mengenakan masker sedang berdiri di depan logo Olimpiade di Jepang./Antara/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA— Olimpiade Tokyo 2020 semakin dekat.

Terhitung akan sebulan lagi menuju pembukaannya pada 23 Juli.

Sebagai tuan rumah, Jepang sedang menyiapkan diri
sambil bergulat dengan pandemi virus Covid-19.

Ini merupakan kedua kalinya Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade, yang pertama pada 1964.

Tentunya ini juga akan menjadi salah satu sejarah tak terlupakan untuk mengadakan ajang olahraga di bawah bayang-bayang pandemi.

Melansir dari todayline, Rabu (23/6/2021) berikut adalah fakta-fakta dari Olimpiade Tokyo 2020:

1. Penonton

Penonton asing dilarang, dan penyelenggara telah membatasi 50 persen dari kapasitas venue, hingga maksimum 10.000 penonton.

Perdana Menteri Yoshihide Suga tidak mengesampingkan penyelenggaraan Olimpiade tanpa penonton. Keputusan itu tetap diambil meskipun Tokyo kembali dalam keadaan darurat, yang mulai berlaku pada 21 Juni.

Berteriak akan dilarang, dan masker akan diwajibkan. Penonton harus langsung menuju venue dan kemudian langsung pulang.

2. Opini Publik

Survei sebelumnya mengungkapkan bahwa 60 persen hingga 80 persen responden akan menyukai acara tersebut dibatalkan atau ditunda lagi.

Sebuah survei baru-baru ini oleh penyiar Asahi News Network menemukan hampir 70 persen berpikir bahwa Olimpiade tidak akan diadakan dengan aman dan terjamin.

Olimpiade telah kehilangan makna dan Jepang telah terpojok untuk terus maju. Kaori Yamaguchi, anggota panel Olimpiade negara itu dan peraih medali judo menulis itu dalam sebuah opini bulan ini.

3. Sikap Bisnis

Pada akhir Mei tahun ini, semakin banyak investor di saham Jepang percaya bahwa membatalkan Olimpiade akan lebih baik untuk pasar.

Pada saat yang sama, survei reuters menemukan bahwa hampir 70 persen bisnis juga menginginkan penundaan atau pembatalan lagi.

Banyak sponsor tidak yakin bagaimana melanjutkan acara sponsorship sampai mereka tahu pasti apakah penonton akan diizinkan.

Beberapa pemimpin bisnis bahkan lebih blak-blakan.

Pada bulan Mei, Hiroshi Mikitani, yang mengepalai raksasa e-commerce Rakuten Group Inc, mengatakan tingkat vaksinasi Jepang yang rendah menjadikannya misi bunuh diri untuk menjadi tuan rumah Olimpiade.

4. Situasi Medis

Para dokter telah memperingatkan bahwa kebutuhan staf medis Olimpiade dapat menekan sistem perawatan kesehatan yang sudah tertekan dengan merawat pasien virus.

Bahkan, pejabat di beberapa daerah mengatakan mereka tidak akan memprioritaskan pasien terkait Olimpiade.

Namun, pihak penyelenggara Olimpiade Tokyo 2021 mengatakan pada akhir Mei mereka telah mengurangi sekitar 80 persen dari staf yang dibutuhkan.

Dan dengan jumlah target dipotong sekitar sepertiga dari 10.000 awalnya.

Penyelenggara bekerja dengan 10 rumah sakit di Tokyo dan 20 di luar ibu kota untuk memastikan respons cepat terhadap keadaan darurat.

Peringatan berulang-ulang tentang Olimpiade terus datang. Penasihat medis utama pemerintah, Shigeru Omi, telah memasukkan pernyataannya kepada parlemen pada awal Juni. Ia mengatakan bahwa mengadakan Olimpiade selama pandemi tidak normal.

WHO juga mengatakan pada 21 Juni akan membahas pengelolaan risiko Covid-19 dengan otoritas Jepang dan IOC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini